Berita Jawapos,Metropolis,hal 48
[Selasa, 02 Februari 2010,hal 48 ]
Dr Harus Laksana Guntur ST MEng yang Getol Memanen Energi

http://www.jawapos.com/metropolis/index.php?act=detail&nid=114905

Energi tidak dapat musnah dan tidak dapat diciptakan, namun bisa diubah. Hukum kekekalan energi itu menjadi dasar pemikiran Harus Laksana Guntur, dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Mahasiswanya pun diwajibkan memanen energi.

RIO F. RACHMAN


SEBENARNYA, energi bisa dipanen dari gerakan tubuh manusia. Bisa juga dari gerakan-gerakan lain di sekitar manusia. Misalnya, getaran hantaman mobil pada polisi tidur.

”Setiap gerakan yang menghasilkan energi potensial dan kinetik bisa dipanen energinya. Lalu, energi itu disimpan dan diubah jadi energi listrik,” kata Harus. Dengan demikian, ketika seseorang berjalan atau berlari, misalnya, energinya bisa dipanen, lalu diubah jadi listrik.

Sejauh ini, alat yang sudah jadi adalah milik Muchamad Rudy Hermanto, mahasiswa semester sembilan jurusan teknik mesin. Dia merancang emergency charger. Alat tersebut bisa menyimpan energi yang dihasilkan dari gerakan berjalan. Energi itu lantas dimasukkan ke baterai AA sehingga bisa digunakan untuk men-charge ponsel.

Barang yang setengah jadi adalah pelindung lutut yang bisa menyerap energi dari gerakan lutut seseorang. Mahasiswa yang mengerjakan itu adalah Baskara Budi. “Tapi, ini masih diteliti. Target selesai Juli,” kata Harus. Dia mengakui, teknologi itu sudah dikembangkan di Australia dan Amerika. Namun, dia yakin, alatnya tersebut akan lebih ringan dan energi yang dihasilkan pun lebih besar.

Di samping membuat alat-alat, Harus juga mengarahkan beberapa mahasiswa untuk menganalisis jumlah energi yang dihasilkan dari suatu gerakan. Sementara ini, yang diteliti adalah energi gerakan lari dan energi injakan ketika seseorang menaiki tangga.

Diteliti pula jumlah energi hantaman terhadap polisi tidur. Hantaman terhadap polisi tidur itu, kata dia, sangat mungkin diterapkan di lapangan parkir. Energi listrik yang didapatkan bisa untuk penerangan di lapangan parkir tersebut.

Harus berharap, dengan pemanenan energi itu, suatu saat semua alat akan kian dekat dengan manusia. Sebab, energi yang dipakai berasal dari manusia sendiri. Dia mengungkapkan, perlu waktu lama meneliti dan mengembangkan konsep tersebut. Perlu kesabaran dan keuletan. Dia mengatakan, untuk meraih nobel, seorang ilmuwan butuh waktu puluhan tahun untuk meneliti temuannya.

Harus yang asli Pasuruan memang pernah sekolah di Jepang selama enam tahun. Dia melihat ada perbedaan mencolok pada sistem pendidikan tinggi di sana dengan di tanah air. Di sana, kata Harus, mahasiswa sangat fokus de ngan pelajaran. Sejak bangun tidur hingga tidur kembali, pelajaran yang dipelajari adalah apa yang mereka teliti itu. Dengan demikian, me reka benar-benar ahli dengan penelitian mereka.

Dia pun tertular dengan karakter Jepang tersebut. “Kata teman-teman, cara saya bekerja seakan-akan sedang tergesa-gesa,” ujarnya. Harus mengatakan, dirinya tidak kober melihat ada orang yang bekerja santai dan lambat. (*/dos)