Elfa Secioria: Komposer dan Pencipta Lagu Dengan Segudang Prestasi
Tidak hanya memberi pendidikan musik bagi anaknya, Hasbullah Ridwan juga memberikan dukungan penuh dalam kehidupan bermusik Elfa. Di usia ke-delapan Elfa bergabung menjadi pemain piano dalam Trio Jazz Yunior Invade. Di usia remajanya, pada tahun 70-an Elfa tetap berkutat dengan dunia musik, tepatnya di Bandung. Selain mengikuti Piano Privat 1 dan 2, ia juga mempelajari musik simfoni dan mempelajari Aransemen Orkestra.
Adalah Kapten Anumerta F.A Warsono, pimpinan Orkes Simfoni Angkatan Darat Bandung yang membimbing Elfa dalam mempelajari teori, komposisi, karakter instrumen, sampai sejarah musik. Elfa Secioria, seorang jenius di bidang musik pernah tampil dengan mata tertutup saat berusia 11 tahun. Dan di umurnya yang ke-19, ia membentuk kelompok vokal bernama Elfa’S Singer dan telah memenangi delapan Grand Champion festival paduan suara luar negeri. Bahkan, sampai saat ini, predikat grand champion mereka, untuk kategori pop dan jazz, belum tergeser selama lima kali perhelatan.
Karirnya sebagai pengaransir musik dibuktikan pada ASEAN Song Festival di Bangkok. Saat itu Elfa menyabet piala sebagai Pengaransir Terbaik. Dua tahun kemudian, di acara yang sama ia kembali meraih pengahargaan Pengaransir Terbaik dan Lagu Terbaik. Lagu yang dibawakannya kala itu adalah “Detik Tak Bertepi” yang dinyanyikan Christine Panjaitan, yang mana lagu itu diaransemen ulang dan dinyanyikan kembali oleh penyanyi jazz muda, Andien, untuk album pertamanya. Di festival tersebut makalah yang berjudul Saluang, Pupuit, Talempong, Gandang (Minangkabau) Indonesia yang ia buat juga memperoleh pujian dari para peserta lain.
Penghargaan sebagai The Best Performer juga pernah diraihnya ketika lagu “Kugapai Hari Esok” yang dinyanyikan Harvey Malaiholo berkumandang pada Golden Kite Festival di Malaysia tahun 1984. Selama kariernya, Elfa sudah 14 kali menjadi pengaransir orkes Telerama dan untuk Candra Kirana di TVRI.
Banyak penyanyi kawakan yang lahir dari tangan Elfa Secioria yang turut memberi warna dalam kancah musik tanah air. Lewat Elfa Music Studio (EMS), yang didirikannya di Bandung pada tahun 1981 –dan kini berkembang ke Yogyakarta, Garut, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar– telah dicetak sejumlah musisi andal. Sebut saja Trie Utami, Ruth Sahanaya, Yana Julio, Rita Effendy, Lita Zein, Agus Wisman, Uci Nurul, Yovie Widiyanto hingga penyanyi muda Sherina dan Andien
Elfa yang anak didiknya sempat terserang swine flu saat acara ASIAN Choir Games di Korea Selatan, punya pengalaman unik dalam mengaransemen musik. Di tahun 1983, ia pernah ngebut mengaransemen 17 aransemen musik selama tujuh jam di dalam pesawat. Dalam perjalanan karirnya, pengalaman yang menurutnya paling berkesan adalah ketika ia menjadi konduktor pada orkes simfoni Yamaha di Budokan Hall, Tokyo. Ketika itu, ia merasakan tepuk tangan penonton yang bunyinya seperti hujan dan membuatnya merinding.
Elfa memiliki seorang isri bernama Vera Sylviana Yachya, putri keluarga Ny. Usman Yachya, yang juga anggota Elfas Big Band Voice, yang ia nikahi pada tanggal 8 Juni 1991. Hingga kini, ia dikarunia empat orang anak, yakni Hariza Ivan Camille, Raisa Ivan Cavell, Cesyl Athaya Fauziyya, dan si bungsu Cheryl Lunetta Salsabiila.
Indonesia kelihangan salah satu putra terbaiknya di bidang musik pada Sabtu, 8 Januari 2011. Elfa Secioria meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina Jaya Cempaka Putih, Jakarta.
Biografi Singkat Nama : Elfa Secioria Hasbullah Ridwan Lahir : Garut, Jawa Barat, 20 Februari 1959 Pendidikan : SD, Bandung (1971), SMPN IX, Bandung (1974), SMAN III, Bandung (1977), Akademi Teknologi Nasional, Bandung (Tingkat II, 1980) Karier : Ketua Elfa Music Studio (1981 s/d sekarang), Direktur Musik Jazz Corner Bandung (1983 s/d sekarang), Kepala Sekolah Pop Music Mate, Jakarta (1982 s/d sekarang) Penghargaan : Pemenang 8 Grand Champion pada festival paduan suara di luar negeri, Pengaransir terbaik di ASEAN Song Festival di Bangkok (1982), The Best Arranger dan The Best Song pada ASEAN Song Festival di Bandung (1984), The Best Performer pada the Golden Kite Festival di Malaysia (1984).
Sumber: IndonesiaKreatif, Kompas
No comments:
Post a Comment