Meteor Menghajar Jakarta
Hancurkan Pemukiman Warga
Sesaat terdengar bunyi desingan diikuti suara menggelegar saat Kamis petang (29/4/10). Mendengar ledakan itu beberapa penduduk sekitarnya tunggang langgang lari terbirit-birit. Beberapa warga di Jalan Delima VI, Malakasari, Jakarta Timur itu berhamburan keluar rumah. Mereka berlari menyelamatkan diri. Empat rumah rusak parah. Tidak ada korban jiwa. Luka ringan banyak. Orang-orang di sana mengira, ledakan itu adalah bom. Ada pula yang menyebutkan ledakan bersumber dari tabung gas. Kapolres Jakarta Selatan di tempat kejadian menyatakan penyebab ledakan yang pasti bukan bom atau kompor gas. tetapi di duga benda angkasa yang jatuh atau sejenis meteor.
Meteor adalah penampakan jalur jatuhnya meteoroid ke atmosfer bumi, lazim disebut sebagai bintang jatuh. Penampakan tersebut disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh tekanan ram (bukan oleh gesekan, sebagaimana anggapan umum sebelum ini) pada saat meteoroid memasuki atmosfer. Meteor yang sangat terang, lebih terang daripada penampakan Planet Venus, dapat disebut sebagai bolide. Jika suatu meteoroid tidak habis terbakar dalam perjalanannya di atmosfer dan mencapai permukaan bumi, benda yang dihasilkan disebut meteorit. Meteor yang menabrak bumi atau objek lain dapat membentuk impact crater.
Adapula yang menduga ledakan kemarin petang itu adalah hasil kerja tukang santet. Sudarmojo, seorang warga yang rumahnya rusak parah, semula yakin betul bahwa ini kerjaan dukun santet. “Saya kan orang Jawa, masih agak percaya sama santet,” katanya.
Rumah Sudarmodjo dihujam meteor hingga rusak berat. Namun pria yang tinggal di Duren Sawit, Jakarta Timur itu konon akan menerima rezeki besar.
“Menurut saya, Bapak akan mendapat rezeki besar,” kata paranormal dari Forum Komunikasi Paranormal Indonesia, Kamandaka, di rumah Sudarmodjo di Jalan Delima, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Rezeki apa itu? Kamandaka tidak ingin menjelaskan lebih lanjut. “Kita lihat saja nanti,” katanya. Kamandaka sudah dua kali ke rumah Sudarmodjo. Pria yang masih muda itu ingin mencari batu meteor yang menimpa rumah Sudarmodjo. “Saya ingin membuktikan meteor itu,” katanya. Sementara itu Sudarmodjo mengatakan, Kamandaka sudah dua kali datang untuk melihat-lihat rumahnya. “Dia ingin lihat-lihat katanya,” ujarnya.
Suasana mistis mulai muncul di lokasi jatuhnya meteor di Duren Sawit, Jakarta Timur. Apalagi, seorang paranormal tampak melihat-lihat di sekitar lokasi. “Ini penghakiman untuk dunia,” kata paranormal bernama Kamandaka itu. Kamandaka mengaku berasal dari Forum Komunikasi Paranormal Indonesia. Pria yang mengenakan kemeja hitam itu tampak melihat-lihat rumah milik Sudarmodjo di Jalan Delima, Duren Sawit, yang hancur setelah tertimpa benda dari luar angkasa.
“Untuk Indonesia, kita akan hadapi hal baru, kehidupan yang baru dan berita yang baru,” kata Kamandaka. Entah apa maksud paranormal itu. Kamandaka tidak mau menjelaskannya. “Saya melihatnya cenderung negatif, tapi tergantung yang melihat. Kita lihat saja,” kata Kamandaka. Kamandaka mengatakan, peristiwa jatuhnya meteorit ke bumi masih mungkin terjadi. “Tahun ini saya kira masih terjadi di Jakarta,” ujarnya.
Markas Besar (Mabes) Polri mengirim tim ahli dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) ke Malakasari. Ini tim khusus. Mereka kerap diterjunkan jika ledakan bom terjadi. Beberapa jam di sana, tim ini tidak menemukan tabung gas yang meledak, tidak menemukan residu bom.
Meteor Tiba dari Arah Tenggara, Lubangi 30 Cm
Kesimpulan sementara penelitian Lembaga Penerbangan dan Antariksa Negara (LAPAN) dari lokasi jatuhnya meteor di komplek perumahan Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur, benda itu datang dari arah tenggara. “Dari arah tenggara kemudian menabrak tembok,” kata Peneliti Senior LAPAN Thomas Djamaluddin kepada wartawan seusai meninjau lokasi, Jumat (30/4) sore. Kesimpulan Thomas diambil setelah melihat tiga rumah yang hancur karena meteor itu. Meteor pertama kali jatuh menimpa rumah milik warga bernama Darmojo, yang kemudian menimpa rumah di sebelahnya milik Kusnadi dan Sobari. “Panas yang menyebar di ruang tengah. Ada perabot yang meleleh seperti kertas dan kain,” ujar Thomas.
Thomas dapat menyimpulkan benda antariksa yang jatuh itu sebagai meteor setelah melihat sebuah lubang berdiameter 30x30cm di genteng rumah milik Agus yang terletak di belakang rumah Darmojo. Thomas memperkirakan meteor yang jatuh itu sebesar buah kelapa dan tidak mengandung racun atau radioaktif. Thomas masih mencari benda sebesar kelapa itu. “Di lantai tidak ada. Kemungkinan di plafon,” ujarnya. Thomas mengatakan hal serupa pernah terjadi di pontianak tahun 2003 dan di Gianyar tahun 2007 yang semuanya jatuh di sawah.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tidak berhasil menemukan batu meteor yang sebelumnya diduga berada di dalam rumah milik Agus, warga jalan Delima IV, Rt. 01/05, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Sebelumnya LAPAN memprediksi batu meteor tersebut jatuh ke rumah Agus. Tim dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) membongkar rumah milik salah seorang warga yang ikut rusak karena benda yang diduga meteor, Jumat (30/4). Rumah milik Agus yang terletak di tepat dibelakang rumah milik Sudarmojo, dibongkar karena LAPAN memprediksi batu meteor yang merusak rumah warga jatuh ke dalam rumah milik Agus. Hal itu didasarkan dari jejak meteor yang ditemukan di rumah Agus.
LAPAN menemukan jejak meteor yang mengarah jatuh ke rumah Agus, setelah menemukan lubang pada plafon rumah yang terletak di belakang rumah Sudarmojo itu. Akhirnya pada pukul 22.00 WIB, tim LAPAN membongkar rumah Agus. Pada bagian dalam rumah, tepatnya dibelakang rumah, tim LAPAN menemukan lubang berdiameter 30x3o cm, yang di duga bekas tempat terjatuhnya batu meteor. Namun, di lubang tersebut maupun sekitarnya tidak ditemukan batu meteor. Dan setelah mencari kebeberapa tempat, tim tidak juga menemukan batu meteor. “Kami belum menemukan batu meteornya,” ujar Ketua Astronomi dan Antariksa LAPAN Thomas Djamaludin. Kini tim LAPAN masih mencari dimana batu meteor tersebut, prediksi sementara batu tersebut berada di rumah Sudarmojo
Ledakan di Duren Sawit, Jakarta Timur, menunjukkan indikasi kuat jatuhnya meteor. Jika tidak ditemukan lubang sisa-sisa meteor maka meteor diduga sudah pecah saat lepas dari antariksa dan tinggal serpihan ketika menghantam tembok rumah Sudarmodjo. “Meteror tidak menyisakan lubang karena diperkirakan sudah pecah ketika lepas dari antariksa dan bergesekan dengan panas atmosfir. Meteor sudah terpecah dan tinggal serpihan saat menghantam tembok rumah. Serpihan itulah yang dibawa Lapan untuk diteliti,” kata Direktur Observatorium Bosscha, Hakim Malasan. Dikatakan dia, ledakan di Duren Sawit mengarah pada gejala-gejala jatuhnya meteor seperti suara dengungan, dentuman, dan tidak ada baunya. “Dari analisis saya, sekaligus mendengar cerita warga, itu biasanya menunjukkan pengalaman jatuhnya meteor,” kata Hakim.
Menurut dia, untuk memastikan benda di Duren Sawit benar-benar meteor maka
perlu diteliti kandungan komposisi batu dan besi pada serpihan-serpihan tersebut. Hakim mengatakan, peristiwa di Duren Sawit bukan hal aneh dan bukan baru pertama kali terjadi. Karena, biasanya meteor itu jatuhnya di negara Kepulauan. “Mengingat Indonesia negara kepulauan ya mungkin saja,” ujar dia
Kepala Departemen Balistik Metalurgi, Mabes Polri, Komisaris Besar, Amri Kamil, setelah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di rumah Sudarmojo memastikan tidak ditemukan bahan peledak di situ. Dia melanjutkan, “Fisik ledakan juga tidak ada.Tidak ada kawahnya.” Tiga jam meneliti lokasi itu, Amri meralat berita yang sudah beredar bahwa telah terjadi ledakan di Duren Sawit. Sebenarnya, kata Amri, yang terjadi bukan ledakan, tapi, “Hantaman dari benda-benda yang berat, yang jatuh ke bumi dengan kecepatan tinggi.” Dari lokasi di Malakasari itu, polisi mengambil debu, ada pula yang berbentuk pasir.
Dugaan adanya benda jatuh dari langit—yang kemudian diduga sebagai meteor itu—juga berdasarkan bentuk kerusakan. Atap rumah Sudarmojo bolong besar, tapi tak ada sisa ledakan di lantai. Sejumlah warga di sana berkisah bahwa mereka sempat melihat benda dari langit menghantam rumah Sudarmojo. Pipit, seorang warga yang berusia 32 tahun menuturkan, “Saat itu sekitar jam empat sore. Langit mendung. Saya melihat semacam kilat, cahayanya terang banget di langit. Dengan kecepatan tinggi, dalam hitungan detik, cahaya itu turun dan menyambar rumah Pak Sudarmojo.”
Betulkah yang jatuh itu adalah meteor? Sedang diteliti memang. Dan satu dua hari ini hasilnya bisa diketahui. Profesor Thomas Djamaluddin, ahli Astronomi dari dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menuturkan bahwa yang perlu dilakukan adalah meneliti debu atau sisa bongkahan dari lokasi ledakan. Betulkah meteor bisa jadi debu jika menghantam bumi? “Itu bisa saja terjadi kalau itu jenis meteor rapuh,” kata sang profesor. Polisi memang sudah mengangkut debu-debu di lokasi ledakan. Namun Profesor Djamaludin menegaskan bahwa debu-debu itu bisa saja berasal dari pecahan meteor rapuh itu. “Tapi memang tetap harus ada sisa-sisa bongkahan,” katanya. Karena dugaan soal meteor jatuh itu, sejumlah ahli dari Lapan meluncur ke lokasi siang ini. Profesor Djamaluddin, yang sedang meluncur ke Bogor, Jawa Barat, harus berbalik arah dan meluncur ke Duren Sawit di Jakarta Timur itu.
Kisah benda angkasa luar terjun ke bumi ini memang sudah sering terdengar belakangan ini. Tanggal 8 Oktober 2009 lalu, warga Bone di Sulawesi Selatan, dikejutkan oleh bola api yang melesak di angkasa, lalu meledak. Bunyi ledakan terdengar 6 kali. Sesudah itu, daratan seperti diamuk lindu. Warga Desa Latteko, Kabupaten Bone, panik bukan kepalang. Anak-anak sekolah berhamburan keluar kelas. Warga desa cemas. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Makassar, mendeteksi adanya getaran pada titik koordinat 4,68 Lintas Selatan dan 120, 09 Bujur Timur . Getaran itu terjadi di kedalaman sekitar satu kilometer dari atas permukaan tanah. Magnitude getaran sekitar 1,9 SR (SkalaRichter).
Meteor atau bukan, memang belum ada jawaban pasti. Selain dugaan soal meteor itu, sejumlah kalangan mengira benda yang jatuh di Bone itu adalah sampah dari antariksa.
Sebuah pancaran bola api yang diduga meteor juga jatuh di Wisconsin, Amerika Serikat, 16 April 2010. Bola api itu jatuh tidak begitu jauh dari Universitas Wisconsin. Departemen Atmosfir dan Kelautan universitas itu sempat merekam jatuhnya bola api itu. Gambar video itu beredar ke seluruh dunia.
Banyak kejadian seperti ini di sejumlah tempat di muka bumi ini. Tapi para ahli dunia belum memastikan, apa persisnya benda-benda yang tiba2 menghujam bumi itu. Warga di Duren Sawit Jakarta Timur itu, kini terus merubung lokasi Malakasari. Mereka juga menunggu jawaban, apakah yang menyebabkan rumah Sudarmojo nyaris remuk itu benar-benar ulah meteor, sampah antariksa atau ulah tukang santet yang jumlahnya segudang dinegeri ini.
Sebelumnya Juga Pernah Jatuh di Jakarta
Peristiwa jatuhnya meteor seperti yang terjadi di Duren Sawit Jakarta Timur, Kamis (29/4) sore kemarin sebenarnya bukanlah hal baru. Peristiwa jatuhnya benda luar angkasa di sekitar Jabodetabek ini pernah terjadi pada tahun 1915. Sedangkan di tanah air peristiwa jatuhnya meteor ini sudah terjadi sejak Indonesia belum berdiri. Pada tahun 1925 tepatnya tanggal 2 Juni meteorit seberat 24.75 kg jatuh di sekitar Klender. Tidak diketahui korban dan kerusakan akibat jatuhnya benda angkasa yang diberi nama Meester-Cornelis.
Pada tanggal 19 Desember 2004 warga Desa Jinjing, Kecamatan Tigaraksa, Tangerang dikagetkan suara ledakan keras di langit. Suara itu terdengar juga di Jakarta dan Bekasi. Oleh para ahli, pada waktu itu ledakan yang terjadi pukul 7.30 merupakan pecahan meteor yang kebetulan berpapasan dengan bumi. Jatuhnya meteor yang terdengar di beberapa tempat di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada Minggu pagi kemarin tidak mengakibatkan korban jiwa atau kerugian materi. “Saya dapat informasi dari petugas BMG di Bandung bahwa bunyi ledakan itu berasal dari meteor yang masuk atmosfer, jadi bukan ledakan bom,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Tjiptono, di Jakarta.
Dia mengatakan, hingga saat ini Polda Metro Jaya belum menerima informasi dari anggota dan masyarakat tentang korban akibat jatuhnya meteor tersebut.Polda sudah memerintahkan setiap polsek dan polres dalam jajarannya untuk mengumpulkan informasi tentang ekses jatuhnya meteor.”Kalau ada korban dan kerugian materi, masyarakat segera memberi tahu polisi,” kata Tjiptono.
Dia meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi yang belum tentu benar serta mempercayakan penanganan masalah tersebut pada polisi.”Masyarakat jangan panik. Tetap beraktivitas karena memang tidak ada apa-apa. Itu dari meteor.”
Suara ledakan keras bergema dan terdengar pada Minggu pagi menimbulkan tanda tanya masyarakat. Salah satu stasiun radio menerima banyak telepon dari warga yang melapor mendengar suara keras dan sebagian mengaku sempat melihat kilatan cahaya di langit
Meteor Yang Jatuh di Indonesia:
- 1797, ditemukan di Prambanan, Jawa Tengah
- 1811, ditemukan di Surakarta, Jawa Tengah seberat 10 ton.
- 10 Juli 1822, ditemukan di Cirebon Jawa Barat, seberat 16.5 kg
- 10 Desember 1871, ditemukan di Bandung seberat 11.5 kg
- 19 September 1869, ditemukan di desa Cabe Rembang Jawa Timur seberat 20 kg
- 1883, ditemukan di desa Kedung Putri, Ngawi, Jawa Timur seberat 1,3 kg
- 19 Maret 1884, ditemukan di Djati Pengilon, Jawa Timur seberat 166 kg
- 27 November 1908, ditemukan di Pulau Kangean, Sumenep Jawa Timur, seberat 1.63 kg
- 2 Juni 1915, meteorit dengan nama Meester-Cornelis ditemukan di Klenderm Jakarta seberat 24.75 kg
- 30 Agustus 1919, ditemukan di Rembang Jawa Tengah, seberat 10 kg
- 24 Mei 1933, ditemukan di Banten seberat 629 gram
- 20 Juni 1935, ditemukan di Madiun, Jawa Timur, seberat 400 gram
- 26 September 1939, ditemukan di Selakopi, Jawa Barat, seberat 1,6 kg
- 1940, ditemukan di daerah kediri, Jawa Timur
- 14 Februari 1975, ditemukan di Tambakwatu, Jawa Timur seberat 10,5 kg
- 7 Mei 1979, ditemukan di Cilimus, Jawa Barat, seberat 1,6 kg
- 13 Maret 1984, ditemukan di Jumapalo, Jawa Timur, seberat 32.49 kg
- April 2003, ditemukan jatuh di Purun, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
- 1 Januari 2008, ditemukan di Gianyar, Bali.
- 8 Oktober 2009, 15 sampai 20 kilometer di atas bumi dan jatuh di perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan,
diameternya 10 meter. Menurut NASA kekuatan ledakan meteor Bone tiga kali bom atom Hiroshima
Meteor Bone Lebih Dahsyat
Ledakan Teluk Bone (8/10) yang diakibatkan oleh jatuhnya meteor mengundang perhatian dunia yang sempat menduga ledakan tersebut berasal dari uji coba bom nuklir. Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapetan) Reno Alamsyah, di Makassar, Kamis (5/11) mengatakan, alat deteksi badan pengawas bom nuklir dunia di bawah PBB, CTBTO Preparatory Commision di Wina, Austria, membaca ledakan meteor tersebut sebagai uji coba bom nuklir. “Kami melakukan penelitian untuk mengukur paparan radiasi yang diakibatkan ledakan tersebut sekaligus memastikan bahwa ledakan tersebut bukanlah bom nuklir, hanya memang mirip,” jelasnya.
Hasil penelitiannya bersama tim LAPAN dan BMKG menyimpulkan ledakan tersebut murni akibat jatuhnya meteor. Potensi zat radio aktif dari meteor juga dinyatakan tidak ada. “Penelitian dilakukan hingga ke tengah laut sekitar jatuhnya meteor dan kami tidak menemukan sedikitpun kontaminasi nuklir,” jelasnya. Tidak adanya kontaminasi tersebut dipastikan karena meteor yang jatuh tidak meninggalkan sisa sama sekali karena menjadi debu saat jatuh ke bumi. “Tidak ada sisa materi meteor jatuh yang dapat kami teliti lebih lanjut,” ujarnya.Meski demikian, jatuhnya meteor dengan diameter 10 meter ke bumi tersebut menjadi peringatan kalau lapisan atmosfer bumi semakin menipis dan memungkinkan jatuhnya meteor-meteor lainnya ke bumi.Para astronom memperkirakan diameter meteor di angkasa meledak di langit Wisconsin, Amerika Serikat, pada 16 April lalu masih kalah besar dengan meteor Bone yang jatuh di laut Sulawesi Oktober 2009.
Meteor Wisconsin besarnya antara 1-2 meter. Ukuran itu berdasarkan hitungan kekuatan ledakan meteor di atmosfir. Adapun meteor Bone, menurut peneliti utama astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, tak pecah di udara ketika menembus atmosfer. Ukurannya diperkirakan sekitar 10 meter dan jatuh ke dasar laut perairan Bone. Sampai sekarang, lokasi jatuhnya meteor itu belum ditemukan. Lapan mengaku kesulitan menelitinya karena berada di dasar laut dan jarak lokasinya jauh dari kantor Lapan di Bandung.
Ledakan besar meteor Bone itu diketahui berpusat di sekitar lintang 4,5 LS, 120 BT, sekitar pukul 11.00 WITA pada 8 Oktober 2009. Sejauh ini, dalam waktu satu abad ke belakang ini, di negara lain belum ditemukan meteor untuk jenis yang sama. Thomas menyatakan meteor Wisconsin hancur di ketinggian sekitar 100 kilometer dari tanah. Begitu sampai di bumi, pecahan meteor tersebar dalam berbagai ukuran. “Ada yang kecil dalam ukuran ons,” katanya, Selasa (20/4). Pecahnya meteor Wisconsin itu, kata dia, kemungkinan terjadi karena unsur pembentuknya lebih banyak dari bebatuan, seperti silikat atau karbon.
Dia memastikan, meteor Wisconsin bukan bagian dari hujan meteor Lyrids yang tengah turun sepanjang 16-26 April ini. “Itu meteor sporadis dari batuan antar planet. Beda dengan meteor Lyrids yang berupa debu sisa komet,” kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan itu. Dibandingkan meteor yang jatuh di perairan Bone, Sulawesi, pada Oktober 2009, meteor Wisconsin lebih rapuh. “Meteor Bone materi pembentuknya diperkirakan lebih banyak metal (logam) atau komposisinya lebih kuat,” ujarnya. Menurut Djamaluddin, fenomena jatuhnya meteor ke bumi dalam ukuran agak besar, biasanya terjadi 2-3 tahun sekali di suatu tempat.
METEORIT TERBESAR YANG PERNAH JATUH DI BUMI
Meteorit adalah batu meteor yang berhasil mencapai permukaan bumi. Disebut juga meteor setelah menembus atmosfir bumi tetapi belum mencapai permukaan bumi. Merupakan asteroid kecil yang ketika memasuki atmosfir bumi, gesekan udara menyebabkan meteor menjadi panas dan menimbulkan cahaya sehingga kadang kala disebut bintang jatuh. Di Indonesia, meteorit bisa ditemukan di musium geologi Bandung. Meteorit adalah bahan baku keris yang disukai para empu. Keris yang mendapat campuran meteorit biasanya ringan namun sangat kuat karena mengandung logam langka, seperti titanium.
No comments:
Post a Comment