Tuesday, January 19, 2010

Wawancara Beasiswa

Mewawancara Kandidat Penerima Beasiswa

200428081-001.jpgBeberapa waktu lalu saya mendapat undangan untuk membantu proses wawancara beberapa kandidat untuk beasiswa tertentu. Jumlah kandidat yang akan diwawancarai tidak banyak, hanya tujuh orang. Mereka dipilih berdasarkan formulir aplikasi yang telah mereka kirim sebelumnya. Tentu saja, yang hadir untuk wawancara ini adalah orang-orang yang dianggap paling memiliki potensi untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

Dari ketujuh orang yang hadir, satu orang bekerja di sektor swasta. Satu orang bekerja sebagai volunteer di salah satu LSM. Sedangkan lima orang yang lain bekerja sebagai dosen. Apakah ini berarti bahwa dosen mempunyai kesempatan yang lebih tinggi untuk menerima beasiswa? Saya tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Saya yakin setiap kali ada kesempatan beasiswa yang dibuka, pemberi beasiswa akan menerima beberapa orang dari sektor swasta, pegawai negeri, LSM, maupun dosen. Saya tidak punya data jumlah surat lamaran yang masuk dari setiap kategori jadi saya tidak bisa menghitung persentase kemungkinan masuk per kategori.

Kembali ke masalah wawancara. Karena salah perhitungan, saya terlambat cukup lama ke tempat wawancara diadakan. Akibatnya, saya tidak sempat mewawancara dua orang kandidat yang pertama dan hanya bisa mewawancarai lima orang kandidat lainnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tidak berbeda dengan pertanyaan di berbagai wawancara beasiswa yang pernah ditampilkan di blog ini. Secara umum, pertanyaan tersebut berhubungan dengan:

  • Latar belakang peserta (pendidikan sebelumnya, pengalaman kerja, kegiatan waktu studi, dan berbagai aktivitas ekstra kurikuler).
  • Studi yang ingin diambil dan apa yang ingin dicapai.
  • Kenapa memilih negara tertentu untuk melakukan studi tersebut.
  • Kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan pengembangan komunitas.
  • Pengalaman beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Mudah ditebak, pertanyaan – pertanyaan ini tujuannya untuk melihat motivasi dari peserta, dampak positif dari studi yang akan dilakukannya, kepedulian sosial kandidat, serta kemampuan peserta untuk hidup dalam lingkungan yang baru. Hal yang terakhir ini penting mengingat kuliah di negara lain, dalam lingkungan budaya dan bahasa yang asing, bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pendidikannya. Saya kenal seseorang yang, sayangnya, setelah mendapatkan beasiswa, tidak berhasil menyelesaikan studinya. Dan salah satu alasannya adalah ketidakmampuannya untuk beradapatasi. Jadi tentu saja hal tersebut penting.

Wawancara dilakukan oleh lima orang dengan komposisi dua orang Indonesia dan tiga orang dari negara pemberi beasiswa. Saya pikir hasil wawancara cukup objektif, karena para pewawancara memberikan hasil yang hampir sama. Penilaian pewawancara yang satu tidak begitu berbeda dengan yang lainnya.

Wawancara berlangsung sekitar setengah jam untuk semua peserta. Jadi waktunya cukup singkat, sehingga semua orang yang diwawancara diminta untuk memberikan jawaban yang singkat tapi padat untuk setiap pertanyaan yang diajukan. Ini saya kira bisa memberikan satu tekanan mental tersendiri buat peserta yang tidak siap. Tapi untuk peserta yang lebih siap, semua pertanyaan ini sebenarnya tidaklah susah untuk dijawab.

Di akhir proses wawancara, kami sempat berdiskusi tentang wawancara yang baru dilakukan. Semuanya setuju bahwa penting sekali seorang kandidat beasiswa untuk benar-benar mengetahui apa yang ingin dikerjakannya dalam studi nanti. Jadi para peserta bukan hanya diharapkan tahu universitas mana yang cocok untuk studi yang ingin dilakukannya, tapi juga mata kuliah apa yang diharapkan dapat memberinya pengetahuan yang diperlukannya. Hal ini dianggap critical oleh para pewawancara karena ini membantu pewawancara untuk dapat melihat dampak dari studi yang diharapkan bagi komunitas di sekitar penerima beasiswa tersebut.

Selain itu, tentu saja bukti keterlibatan si kandidat dalam berbagai kegiatan yang menyentuh masyarakat secara langsung mempunyai nilai yang tinggi. Bahkan, apabila komitmen yang diberikan si kandidat dalam hal yang berhubungan langsung dengan masyarakat itu sangat tinggi, ini bisa menjadi poin tambahan yang cukup baik.

Kemampuan komunikasi juga tentunya penting. Berikan jawaban langsung, jangan berbelit belit. Karena begitu Anda memberikan jawaban yang muter-muter, para pewawancara bisa menilai Anda tidak mengerti pertanyaan yang diberikan atau Anda tidak punya jawaban untuk pertanyaan tersebut. Jadi persiapkan diri Anda dengan baik.

Terakhir, biasakan pada waktu masuk ke ruangan wawancara, yang perlu Anda lakukan pertama kali adalah berjabat tangan dengan semua pewawancara. Salah seorang kandidat, mungkin karena nervous, pada waktu masuk malah sibuk sendiri dengan dokumen-dokumennya. Padahal salah seorang pewawancara bule sudah menyodorkan tangannya. Malah bisa menambah nervous kalau yang begini terjadi.

Oh ya, satu hal yang penting diingat. Semua pewawancara yang hadir saat itu ingin Anda sukses. Sekali lagi saya bilang: mereka semua ingin Anda berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Karena itu, wawancara itu dilakukan dengan tujuan untuk menggali sedalam mungkin poin-poin yang telah disebutkan di atas. Para pewawancara tidak ingin membuat Anda nervous sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka atau salah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Justru sebaliknya, keberhasilan Andalah yang mereka inginkan. Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan hanya untuk melihat kecocokan Anda untuk beasiswa tersebut dan bukan untuk menjatuhkan. Ingatlah ini selalu kalau suatu waktu Anda memasuki ruangan wawancara beasiswa.

OK, mungkin begitu dulu yang saya bisa bagikan dari pengalaman saya memberikan wawancara.
Seperti biasa, saya ingin mendapatkan komentar dari rekan-rekan semua. Silahkan tuliskan di kolom yang tersedia di bawah.

No comments: