Belakangan ini kita yang di Indonesia sering sekali merasakan gempa. Sebagian orang ada yang mengartikan itu hanya sebagai gejala alam semata yang biasa terjadi. Hal tersebut memang ada benarnya. Tapi kita sebagai muslim selayaknya tidak berhenti beranggapan hanya sampai di sana. Sebagai seorang muslim, kita mengimani tentu segala apa yang terjadi, termasuk gempa yang Allah timpakan kepada hambanya tidak lepas dari qadha dan qadar yang telah Dia tetapkan. Bahkan saat ini telah banyak beredar di internet beragam tulisan yang membahas korelasi waktu kejadian gempa-gempa yang baru terjadi di Indonesia dengan nomor ayat dan surat pada Al-Qur'an. Berdasarkan penjelasan yang diberikan penulisnya, ternyata jika waktu kejadian gempa dicocokkan dengan nomor ayat dan surat pada Al-Qur'an, dengan cara jam kejadian dicocokkan dengan nomor surat, dan menit kejadian dicocokkan dengan nomor ayat, maka semuanya akan menunjukkan pada kita bahwa isi dari ayat-ayat Al-Qur'an tersebut merupakan tentang penghancuran suatu kaum.
Namun, kali ini saya tidak akan membahas terlalu dalam mengenai hikmah kejadian gempa yang belakangan ini sering kita rasakan dari sudut pandang agama, karena sudah cukupnya tulisan yang telah membahasnya dengan baik. Walaupun bidang spesialisasi pendidikan saya adalah micro-biotechnology, tapi kebetulan penelitian Tugas Akhir saya ada hubungannya dengan kajian ilmu geologi. Dalam penelitian saya, saya mencoba mencari hubungan antara beragam jenis mineral pada batuan vulkanik terhadap diversitas microfungi dan komposisi kimia di dalamnya. Nah, dari sana akhirnya saya pun "terpaksa" harus belajar ilmu baru di luar bidang saya. Tapi hikmahnya, saya jadi tambah pengetahuan di bidang geologi ini, termasuk gempa. Oleh karena itu, kali ini akan saya coba jelaskan mengenai gempa tersebut dari sudut pandang ilmu pengetahuan.
Gempa adalah sebuah peristiwa pergerakan permukaan bumi yang diakibatkan adanya gerakan lempeng-lempeng yang ada di dalam lapisan perut bumi. Di dunia ini terdapat 6 lempeng utama dan beberapa lempeng kecil. Lempeng-lempeng ini, senantiasa bergerak sepanjang tahun. Pergerakannya dapat mencapai kecepatan 1 - 7 cm per tahun. Ketika lempeng-lempeng ini bergerak, maka akan menghasilkan suatu perubahan yang lambat pada kondisi geografi Bumi. Sebagai akibatnya, pada bagian permukaan tepat pada daerah gerakan lempeng itu akan mengalami getaran sebagai akibat rambatan gelombang. Getaran yang merambat sampai ke permukaan inilah yang dapat mengakibatkan kerusakan. Tingkat parah atau tidaknya kerusakan di bagian permukaan Bumi tergantung dari skala gempa dan sejauh mana jaraknya dengan titik episentrum (pusat) gempa. Semakin dia dekat dengan titik pusat gempa, maka akan semakin besar pula getaran yang dirasakan.
Jika dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan, tentunya bisa saja kita katakan kalau ini merupakan gejala alam yang biasa terjadi. Dahulu sebelum kita sering mengalami gempa, kita yang di Indonesia selalu bersikap biasa-biasa saja dengan gempa ini. Padahal, jika saja kita tau, sebenarnya posisi negara kita tepat ada di atas pertemuan tiga lempeng utama dunia. Setelah kejadian Tsunami di Aceh, barulah kita semua menyadari bahwa secara geografis, lokasi negara kita memang benar-benar "tidak aman".
Berikut di bawah ini adalah gambar yang saya ambil dari aplikasi Google Earth. Gambar tersebut menunjukkan lokasi negara kita yang memang berada tepat di atas pertemuan lempeng-lempeng utama. Gambar titik-titik putih yang ada pada sebagian besar pulau-pulau di Indonesia menandai gempa yang pernah terjadi di lokasi tersebut. Dapat kita lihat bahwa titik putihnya ada yang berukuran kecil dan besar. Ukuran itu menunjukkan kekuatan gempa yang terjadi. Semakin besar diameter titiknya, maka makin besar juga kekuatan gempanya, begitu juga sebaliknya. Bisa kita lihat bahwa terutama bagian Sumatra, pulau-pulau bagian selatan, sebelah utara Sulawesi, sampai Papua menunjukkan daerah-daerah yang sering terjadi gempa. Hanya pulau Kalimantan saja yang hampir sama sekali tidak pernah terjadi gempa.
Jika skala pengambilan gambar ini diperbesar lagi, maka akan tampak seperti gambar di bawah ini. Bisa kita lihat, untuk daerah Asia, ternyata posisi kita sama rawannya dengan negara Jepang. Bahkan Jepang hampir seluruh wilayahnya diliputi oleh titik-titik putih. Untuk dapat melihat gambar-gambar daerah rawan gempa lainnya di seluruh belahan dunia, silahkan klik di sini.
Berdasarkan gambar di atas, dapat kita simpulkan bahwa titik-titik putih yang menggambarkan gempa tersebut tepat berada di antara pertemuan lempeng-lempeng dunia, baik itu lempeng utama maupun lempeng kecil. Kemudian apakah alam tidak memiliki mekanismenya sendiri untuk meredam gerakan lempeng-lempeng dunia ini? Tentu saja alam memilikinya. Itu pula lah salah satu hikmah yang ingin Allah kabarkan lewat Al-Qur'an:
"Dan telah Kami jadikan Bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya Bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (QS. 21: 31).
"Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?" (QS. 78: 6-7).
Dari dua ayat di atas, Al-Qur'an mengajak kita untuk memperhatikan fungsi yang sangat penting dari gunung-gunung. Seperti yang sudah diberitakan dalam Al-Qur'an, bahwa gunung mempunyai fungsi mencegah goncangan atau getaran di Bumi. Gunung sendiri terbentuk dari gerakan dan tabrakan yang masif yang akhirnya membentuk kerak Bumi. Ketika dua lempeng bertabrakan, maka yang kuat akan masuk ke bawah yang lainnya. Yang di atas akan membengkok dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Sedangkan bagian bawahnya bergerak di bawah tanah. Ini mengakibatkan gunung juga memiliki bagian yang terus memanjang ke bawah. Akibat pemanjangan ke arah bawah tersebut, maka dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa gunung-gunung tersebut dapat memaku lempengan kerak Bumi. Dengan cara ini, ia memakukan kerak Bumi dan mencegahnya bergerak dari lapisan magma. Sederhananya, kita bisa menggambarkan bahwa Bumi adalah balok kayu, sedangkan gunung adalah paku yang ditancapkan kepadanya.
Bagi mereka yang tidak tinggal di daerah rawan gempa, barangkali tidak terlalu menyadari bahwa Bumi kita sekarang telah benar-benar rapuh. Mereka yang tidak tinggal di daerah yang bukan merupakan pertemuan lempeng tektonik, atau yang bukan pada daerah beraktivitas vulkanik tinggi, tidak akan pernah merasakan bahwa sebenarnya Bumi kita mulai sering sekali terjadi gempa baik dalam skala kecil maupun besar. Padahal jika kita perluas skala pengamatannya hingga di seluruh dunia, kita akan menemukan hasil yang mengejutkan. Menurut data Survey Geologi Amerika Serikat yang dapat mendeteksi dan mensurvei seluruh kegiatan gempa di dunia, dalam setahun saja bisa sampai terjadi ratusan ribu gempa di seluruh dunia. Bahkan dalam sehari saja bisa sampai terjadi lebih dari 30 gempa di seluruh dunia. Fakta ini semakin mengingatkan kita pada suatu hadits yang menyatakan, "Tidak akan terjadi kiamat hingga akan sering terjadinya gempa" (HR. Bukhari). Sungguh telah nampak satu lagi tanda-tanda kiamat.
Semoga dengan uraian di atas dapat membuat kita makin waspada akan kenyataan yang kita hadapi. Sebagai manusia, kita dapat menggunakan akal dan pikiran kita untuk mencegah dampak negatif yang mungkin dapat terjadi akibat gempa. Namun, di sisi lain kita juga harus ingat bahwa kita tidak lebih dari seorang hamba Allah yang hanya menjalankan segala ketentuan yang Allah kehendaki. Sebab, datangnya suatu bencana atau musibah kepada suatu kaum, kita yakini bersama tidak semata-mata hanya disebabkan oleh faktor alam semata. Namun dapat juga disebabkan karena perilaku kaum tersebut yang banyak menyimpang. Sehingga datangnya musibah dan bencana, selain dikarenakan gejala alam, dapat juga dipengaruhi moral kita yang memancing kemurkaan Allah.
Sumber: M.Samurai
Namun, kali ini saya tidak akan membahas terlalu dalam mengenai hikmah kejadian gempa yang belakangan ini sering kita rasakan dari sudut pandang agama, karena sudah cukupnya tulisan yang telah membahasnya dengan baik. Walaupun bidang spesialisasi pendidikan saya adalah micro-biotechnology, tapi kebetulan penelitian Tugas Akhir saya ada hubungannya dengan kajian ilmu geologi. Dalam penelitian saya, saya mencoba mencari hubungan antara beragam jenis mineral pada batuan vulkanik terhadap diversitas microfungi dan komposisi kimia di dalamnya. Nah, dari sana akhirnya saya pun "terpaksa" harus belajar ilmu baru di luar bidang saya. Tapi hikmahnya, saya jadi tambah pengetahuan di bidang geologi ini, termasuk gempa. Oleh karena itu, kali ini akan saya coba jelaskan mengenai gempa tersebut dari sudut pandang ilmu pengetahuan.
Gempa adalah sebuah peristiwa pergerakan permukaan bumi yang diakibatkan adanya gerakan lempeng-lempeng yang ada di dalam lapisan perut bumi. Di dunia ini terdapat 6 lempeng utama dan beberapa lempeng kecil. Lempeng-lempeng ini, senantiasa bergerak sepanjang tahun. Pergerakannya dapat mencapai kecepatan 1 - 7 cm per tahun. Ketika lempeng-lempeng ini bergerak, maka akan menghasilkan suatu perubahan yang lambat pada kondisi geografi Bumi. Sebagai akibatnya, pada bagian permukaan tepat pada daerah gerakan lempeng itu akan mengalami getaran sebagai akibat rambatan gelombang. Getaran yang merambat sampai ke permukaan inilah yang dapat mengakibatkan kerusakan. Tingkat parah atau tidaknya kerusakan di bagian permukaan Bumi tergantung dari skala gempa dan sejauh mana jaraknya dengan titik episentrum (pusat) gempa. Semakin dia dekat dengan titik pusat gempa, maka akan semakin besar pula getaran yang dirasakan.
Jika dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan, tentunya bisa saja kita katakan kalau ini merupakan gejala alam yang biasa terjadi. Dahulu sebelum kita sering mengalami gempa, kita yang di Indonesia selalu bersikap biasa-biasa saja dengan gempa ini. Padahal, jika saja kita tau, sebenarnya posisi negara kita tepat ada di atas pertemuan tiga lempeng utama dunia. Setelah kejadian Tsunami di Aceh, barulah kita semua menyadari bahwa secara geografis, lokasi negara kita memang benar-benar "tidak aman".
Berikut di bawah ini adalah gambar yang saya ambil dari aplikasi Google Earth. Gambar tersebut menunjukkan lokasi negara kita yang memang berada tepat di atas pertemuan lempeng-lempeng utama. Gambar titik-titik putih yang ada pada sebagian besar pulau-pulau di Indonesia menandai gempa yang pernah terjadi di lokasi tersebut. Dapat kita lihat bahwa titik putihnya ada yang berukuran kecil dan besar. Ukuran itu menunjukkan kekuatan gempa yang terjadi. Semakin besar diameter titiknya, maka makin besar juga kekuatan gempanya, begitu juga sebaliknya. Bisa kita lihat bahwa terutama bagian Sumatra, pulau-pulau bagian selatan, sebelah utara Sulawesi, sampai Papua menunjukkan daerah-daerah yang sering terjadi gempa. Hanya pulau Kalimantan saja yang hampir sama sekali tidak pernah terjadi gempa.
Jika skala pengambilan gambar ini diperbesar lagi, maka akan tampak seperti gambar di bawah ini. Bisa kita lihat, untuk daerah Asia, ternyata posisi kita sama rawannya dengan negara Jepang. Bahkan Jepang hampir seluruh wilayahnya diliputi oleh titik-titik putih. Untuk dapat melihat gambar-gambar daerah rawan gempa lainnya di seluruh belahan dunia, silahkan klik di sini.
Berdasarkan gambar di atas, dapat kita simpulkan bahwa titik-titik putih yang menggambarkan gempa tersebut tepat berada di antara pertemuan lempeng-lempeng dunia, baik itu lempeng utama maupun lempeng kecil. Kemudian apakah alam tidak memiliki mekanismenya sendiri untuk meredam gerakan lempeng-lempeng dunia ini? Tentu saja alam memilikinya. Itu pula lah salah satu hikmah yang ingin Allah kabarkan lewat Al-Qur'an:
"Dan telah Kami jadikan Bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya Bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (QS. 21: 31).
"Bukankah Kami telah menjadikan Bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?" (QS. 78: 6-7).
Dari dua ayat di atas, Al-Qur'an mengajak kita untuk memperhatikan fungsi yang sangat penting dari gunung-gunung. Seperti yang sudah diberitakan dalam Al-Qur'an, bahwa gunung mempunyai fungsi mencegah goncangan atau getaran di Bumi. Gunung sendiri terbentuk dari gerakan dan tabrakan yang masif yang akhirnya membentuk kerak Bumi. Ketika dua lempeng bertabrakan, maka yang kuat akan masuk ke bawah yang lainnya. Yang di atas akan membengkok dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Sedangkan bagian bawahnya bergerak di bawah tanah. Ini mengakibatkan gunung juga memiliki bagian yang terus memanjang ke bawah. Akibat pemanjangan ke arah bawah tersebut, maka dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa gunung-gunung tersebut dapat memaku lempengan kerak Bumi. Dengan cara ini, ia memakukan kerak Bumi dan mencegahnya bergerak dari lapisan magma. Sederhananya, kita bisa menggambarkan bahwa Bumi adalah balok kayu, sedangkan gunung adalah paku yang ditancapkan kepadanya.
Bagi mereka yang tidak tinggal di daerah rawan gempa, barangkali tidak terlalu menyadari bahwa Bumi kita sekarang telah benar-benar rapuh. Mereka yang tidak tinggal di daerah yang bukan merupakan pertemuan lempeng tektonik, atau yang bukan pada daerah beraktivitas vulkanik tinggi, tidak akan pernah merasakan bahwa sebenarnya Bumi kita mulai sering sekali terjadi gempa baik dalam skala kecil maupun besar. Padahal jika kita perluas skala pengamatannya hingga di seluruh dunia, kita akan menemukan hasil yang mengejutkan. Menurut data Survey Geologi Amerika Serikat yang dapat mendeteksi dan mensurvei seluruh kegiatan gempa di dunia, dalam setahun saja bisa sampai terjadi ratusan ribu gempa di seluruh dunia. Bahkan dalam sehari saja bisa sampai terjadi lebih dari 30 gempa di seluruh dunia. Fakta ini semakin mengingatkan kita pada suatu hadits yang menyatakan, "Tidak akan terjadi kiamat hingga akan sering terjadinya gempa" (HR. Bukhari). Sungguh telah nampak satu lagi tanda-tanda kiamat.
Semoga dengan uraian di atas dapat membuat kita makin waspada akan kenyataan yang kita hadapi. Sebagai manusia, kita dapat menggunakan akal dan pikiran kita untuk mencegah dampak negatif yang mungkin dapat terjadi akibat gempa. Namun, di sisi lain kita juga harus ingat bahwa kita tidak lebih dari seorang hamba Allah yang hanya menjalankan segala ketentuan yang Allah kehendaki. Sebab, datangnya suatu bencana atau musibah kepada suatu kaum, kita yakini bersama tidak semata-mata hanya disebabkan oleh faktor alam semata. Namun dapat juga disebabkan karena perilaku kaum tersebut yang banyak menyimpang. Sehingga datangnya musibah dan bencana, selain dikarenakan gejala alam, dapat juga dipengaruhi moral kita yang memancing kemurkaan Allah.
Sumber: M.Samurai
No comments:
Post a Comment