Sunday, January 16, 2011

Irene Erlyn Wina Rachmawan & Putri Dyah Citra Nur Kumala Sari: Siswi SMKN yang Jadi Dosen Tamu di NPIC, Kamboja




Meski masih duduk di kelas XII SMKN 1 Surabaya, namun Irene Erlyn Wina Rachmawan dan Putri Dyah Citra Nur Kumala Sari sudah berpengalaman menjadi dosen tamu di National Polytechnic Institute of Cambodia (NPIC).

Tampak lugu dan sedikit malu-malu masih melekat jelas pada Irene dan Putri. Usia keduanya memang masih 17 tahun. Karena itu, tak heran ketika mereka diperkenalkan kepada rektor NPIC pada hari pertama di Kamboja, rektor tersebut ragu. ”Apa tidak salah orang, masak anak kecil begini dosen tamunya?” kata Irene menirukan ucapan rektor itu.

Tapi, ketika keduanya masuk kelas dan memberikan kuliah untuk mahasiswa semester 3, rektor itu percaya bahwa siswi SMKN 1 Surabaya tersebut memang berpotensi. Irene dan Putri berbagi ilmu dengan mahasiswa Kamboja tentang cara membuat game ponsel edukasi. Selain itu, ada mata kuliah sisipan, kebudayaan Indonesia.

Selama dua bulan (6 September-5 November 2009) mereka mengajar di NPIC yang terletak di pinggiran Pnomphen, mulai Senin sampai Jumat. Mereka mengajar di empat kelas, yang masing-masing terdiri atas 35 mahasiswa.

Pada dua minggu pertama, mereka memberikan workshop kepada 36 mahasiswa yang dipilih dari empat kelas fakultas sains terapan dan fakultas elektro. Baru pada minggu ketiga, mereka rutin mengajar bersama di empat kelas tersebut. Mereka mengajar bersama. Jika Putri menjelaskan di depan kelas, Irene keliling memberikan bimbingan, begitu sebaliknya. Mereka mendapatkan teknik mengajar dan presentasi yang baik ketika magang di Jakarta selama sepertiga tahun.

Teknologi di kampus itu, menurut Irene, cukup canggih. ”Banyak peralatan yang buatan Korea,”katanya. Keduanya tak banyak kesulitan mengajar karena hampir semua mahasiswa semester tiga tersebut sudah menguasai dasar teori pemrograman. Dua siswi itu juga tidak grogi menghadapi mahasiswa. ”Udah gak canggung, empat bulan kami di-training untuk ini (mengajar, Red),”ungkap Irene.

Sebagai pengajar, Irene dan Putri juga menilai kinerja anak didiknya. Keduanya diberi kewenangan memilih dua siswa terbaik untuk diajak dalam seminar internasional. ”Mereka bawagame ciptaannya, kami bawa kamus elektronik bahasa Indonesia-Kamboja dan Inggris-Kamboja,” papar Putri yang tinggal di kawasan Menganti, Gresik.

Bagaimana mereka bisa menjadi dosen tamu di Kamboja? SMKN 1 Surabaya merupakan salah satu sekolah percontohan pilihan SEAMEO SEAMOLEC (The Southeast Asian Ministers of Education Organization, The Southeast Asian Ministers Organization Regional Open Learning Center). Organisasi lintas negara Asia Tenggara tersebut memiliki visi mengembangkan pendidikan di tiap negara anggota. Organisasi itulah yang mengirim dua siswi jurusan rekayasa perangkat lunak tersebut ke Kamboja untuk mengikuti program pertukaran trainer.

Martina Endah Setyaningsih, guru TI jurusan multimedia, SMKN 1, menjelaskan, perjalanan dua siswinya itu dimulai setahun lalu, November 2008. Sekolah mengumpulkan 34 murid terbaik di bidang TI.

Mereka berasal dari jurusan multimedia, teknologi komputer jaringan, dan rekayasa perangkat lunak. Sebanyak 34 siswa tersebut diberi pemahaman tentang perangkat pemrograman JENI (Java Education Network Indonesia). Mereka diberi modul JENI 1 sampai JENI 5. Awalnya, mereka kesulitan karena baru pertama mempelajari. Namun, akhirnya para siswa itu terbiasa sampai terlihat yang benar-benar menguasai materi tersebut.

Dalam masa belajar JENI itu, mereka dimagangkan di empat perusahaan besar, sementara sekolah terus memperhatikan kemajuannya. Mereka dituntut membuat program aplikatif berdasar panduan JENI. ”Pada Januari 2009, ada 12 orang yang menonjol. Mereka lalu diseleksi sekolah, terpilih enam siswa yang mendapat kesempatan presentasi secara online di hadapan SEAMEO SEAMOLEC,” papar guru berjilbab itu.

Pada presentasi pertama tersebut, Irene menampilkan karya berupa alat tes kesehatan. ”Waktu itu masih sederhana, Mas,” kata Irene. Karya tersebut berupa software. Bila seseorang mengetik beberapa gejala sakit dalam tubuhnya di komputer -tentu yang sudah di-install software itu- muncul nama penyakitnya di layar. Sedangkan, Putri membuat kamus bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris.

Setelah presentasi, para siswa menjalani pelatihan secara telekonferensi dari SEAMEO SEAMOLEC. Pelatihan dilakukan tiga kali seminggu. ”Mereka telekonferensi setelah pulang magang,” kata Endah.

Rampung pelatihan, empat siswa kembali melakukan presentasi di PENS-ITS untuk menunjukkan pengembangan karya mereka. Kala itu, alat tes kesehatan buatan Irene sudah bisa menunjukkan obat-obat yang bisa dipakai untuk menyembuhkan penyakit yang terdeteksi.

Sementara itu, Putri membuat ciptaan baru berupa game ponsel. Permainan tersebut mengajak pemain mencari benda-benda dengan keterangan berbahasa Inggris. Benda-benda itu tersembunyi di layar permainan ponsel. ”(Game) ini lebih seru, Mas. Yang jelas pasti lebih canggih,” kata Putri.

Melihat perkembangan karya mereka, SEAMEO SEAMOLEC memilih Irene dan Putri untuk diikutkan program pertukaran trainer itu. Apalagi, bahasa Inggris dua siswi tersebut juga bagus. Sebelum berangkat ke negeri itu, keduanya terlebih dahulu menjalani magang empat bulan di Jakarta.

Mereka mendapatkan banyak materi yang terfokus pada pembuatan game mobile edukatif. Mereka diwajibkan membuat satu game dalam satu minggu. ”Saya baru belajar banyak tentanggame ponsel ketika di Jakarta,” kata Irene yang sebelumnya lebih banyak berkutat dengan pemrograman.

Pada 5 November 2009, keduanya kembali ke Indonesia. Meski sudah rindu keluarga dan kampung halaman, mereka tak langsung ke Surabaya. Keduanya harus menginap di Jakarta selama enam hari.

Selain mengurus sertifikat dari SEAMEO SEAMOLEC, mereka menyempurnakan tutorial programgame yang mereka buat ketika magang dulu.

Pada 21 November 2009 mereka berkesempatan bertemu Mendiknas M. Nuh. Mantan rektor ITS tersebut tak segan memuji keduanya. Pada kesempatan itu pula, PENS-ITS menyatakan siap memberikan jatah belajar gratis program D-4 untuk Irene dan Putri.

Sumber: Jawa Pos

No comments: