Sunday, January 16, 2011

Iis P. Tussyadiah: Dosen dan Peneliti Bidang Pariwisata dan Teknologi di AS




Menjadi dosen dan peneliti di luar negeri adalah impian banyak orang. Namun, hanya segelintir orang yang mampu menggapainya. Iis P. Tussyadiah adalah salah seorang yang beruntung itu. Ia mendedikasikan diri ke dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan di Jepang dan Amerika Serikat sejak 2006.

“Saya ingin menjadi pakar di bidang teknologi pariwisata dan terus melakukan penelitian,” ucap Associate DirectorNational Laboratory for Tourism & eCommerce, School of Tourism & Hospitality Management, Temple University, AS ini. Dengan jabatannya itu, Iis memiliki tugas mengajar program master dan doktor, adviser tingkat doktor, serta meneliti bidang pariwisata dan teknologi.

Sebelum hijrah ke negera yang kini dipimpin Barack Obama itu, Iis pernah menjadi asisten dosen dan peneliti di Universitas Tohoku, Jepang. Pekerjaannya itu dilakoni lantaran ia juga tercatat sebagai mahasiswa S-3 di universitas tersebut. “Lalu, di tahun terakhir studi, saya mengirim resume ke Temple University untuk mengisi posisi postdoctoral/lecturer. Setelah satu kali wawancara, saya diterima dan harus mulai bekerja beberapa hari setelah ujian disertasi tahun 2006,” ia menerangkan. Iis menjadi dosen selama dua tahun, kemudian mendapatkan promosi sebagai assistant professor dan associate director di lab tempatnya bekerja.

Peraih gelar Master of Engineering, Industrial Engineering and Management dari Institut Teknologi Bandung itu mengaku telah mendapat banyak publikasi di jurnal internasional, jugabest paper award dari beberapa konferensi internasional sebagai bentuk prestasi kerjanya selama ini.

Bagi Iis, untuk mencapai prestasi dan karier seperti sekarang, perlu perjuangan ekstra.“Kemampuan intelijensi saja tidak cukup. Namun, kita harus menunjukkan kepercayaan diri, asertif dan persuasif,” ia memaparkan kiat sukses meniti karier di Negeri Adidaya.

Iis mengaku dalam perjalanan kariernya di negeri orang, ia pun menghadapi banyak rintangan.“Awalnya, kendala bahasa dan budaya,” tuturnya. Maklum, ia dibesarkan di lingkungan dan keluarga yang dituntun untuk bersikap tidak menonjolkan diri (humble), sementara salah satu kunci sukses di AS adalah perlunya menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi dan “menjual” kemampuan lewat presentasi riset. Solusinya, ia mengubah sikap menjadi lebih adaptif dan terbuka dengan tuntutan pekerjaan.

Menurutnya, bekerja di AS tidak hanya membuat ia lebih paham tentang bidang penelitian yang diminati, tetapi juga memberikan pengalaman bekerja dengan banyak pendidik dan peneliti dari berbagai negara dan latar belakang. Selain lebih terpacu untuk belajar lebih banyak, ia juga terdorong lebih mengembangkan kemampuan profesional dan sosial yang berkaitan dengan keberagaman, mutual respect dan etika.

Sampai kapan bekerja di luar negeri? “Belum tahu,” ujar Iis yang juga belum berencana pulang kampung. Yang jelas, ia tergiur mengadu nasib ke mancanegara lantaran bidang penelitian yang cocok untuk peluang karier itu.

Sumber: SWAsembada, Temple University

No comments: