Arti “ordeal” sebenarnya adalah “penderitaan” atau “masa penderitaan”. Biasanya dialami oleh seseorang yang sedang berjuang untuk meraih sesuatu, misalnya kalau mahasiswa ya berjuang untuk lulus suatu mata kuliah. Atau lebih sulit “ordeal”-nya justru untuk mahasiswa yang sedang menulis skripsi. Menulis skripsi bagaikan hamil 9 bulan, tapi anaknya tidak keluar-keluar…
Ordeal itu artinya juga “penderitaan panjang”. Jadi juga bisa dialami oleh pegawai swasta atau pegawai lembaga pemerintah yang belum diangkat-angkat. Jadi masih tetap pegawai tidak tetap atau pegawai honorer…terussss. Kalau di pemerintah daerah, juga disebut “Honda” alias Honorarium Daerah..
Waktu saya pernah menjadi Ketua BP3 suatu SMA negeri pendamping unggulan di sekitar Tamini Square, ada seorang guru honorer Matematika yang muda, cerdas, berdedikasi, sulit soal yang dibuatnya, pokoknya kualitas “topp bgt” punya. Eh, ternyata, beliau masih honorer dan belum diangkat jadi pegawai negeri. Dalam hati saya ingin menolong, tapi apa daya tangan tak sampai..
Ordeal juga dekat dengan kalangan mahasiswa. Jika dosen anda killer bin kill-me atau mata kuliah yang killer (Algoritma & Pemrograman, Struktur Data, Programming Languages – khusus di Indiana U.), maka siap-siap anda mengalami penderitaan panjang alias ordeal ini. Dari satu assignment ke assignment lainnya bagaikan mendaki bukit. Midtest sama Final exam sudah seperti mendaki Himalaya. Professor berdehem sudah membuat jantung copot…
“I want to take the monkey off my back”, adalah kata-kata yang dikeluarkan oleh seorang mahasiswa, yang menandakan dia lagi mengalami “derita panjang” seperti sebuah lagunya “Ada Band” itu.. dan artinya bukan dia lagi nggendong monyet..
“When it’s over, it’s over”, adalah nasehat mahasiswa lainnya kepada mahasiswa yang sedang mengalami ordeal itu. “Ayo…kerja keras, semangat ! Kalau sudah selesai, ya selesai”, kata si cheerleader itu. “Kick your butt ! Break your legs !”, katanya lagi mengingatkan agar kita tetap bekerja keras…dan bukan menendangi pantat sendiri ataupun mematahkan kaki kita…
Ordeal juga dialami oleh mahasiswa yang sedang menulis Skripsi S1, Thesis S2, atau Disertasi S3 (maaf, istilah-istilah ini adalah “standar IPB”). Nulis skripsi rasanya jauh dari selesai, walaupun dikerubut oleh 2 atau 3 orang (kasus Binus). Nulis Thesis S2 juga nggak selesai-selesai, makanya bekas boss saya Pak Wardiman Djojonegoro yang biasa kerja keras dan semangat itu selalu membombong kita dengan kata-kata “Ayo di-bulldog !”, serta “Seterikalah jika seterikaannya lagi panas !” (Iron while it’s hot)…alias, tulis terus Skripsimu atau Thesismu atau Disertasimu mumpung “mood” selagi ada. Kalau “mood” mati, lha mbok komputer dipelototin 24 jam sehari, yang ada cuman main game, chatting, YM-an, atau lebih jelek lagi…melihat yang seharusnya nggak boleh dilihat !! ..
Anak bungsuku sudah melewati masa ordeal ini. Dan alhamdulillah, jadwal sidang Tugas Akhir di ITB sudah keluar dan ia akan sidang nanti hari Selasa tanggal 24 Juni 2008 jam 12.00 siang. Mudah-mudahan ia tenang dan bisa menjawab semua pertanyaan di sidang dengan baik. Maklum, sudah setahun ini ia ngendon di lab sehingga sudah mirip “kutu lab” daripada manusia…eh, maksudku, mahasiswa !
“Shut up your mouth and pray ! When it’s over…it’s over”, kata si cheerleader..
Ya emang, ordeal itu manusiawi..
Apakah anda pernah mengalami sejenis “penderitaan” ini ? Apa penderitaannya dan bagaimana cara mengatasinya ?
Cerita di sini, boleh kok…
bY : My lovely gURU
No comments:
Post a Comment