Indonesia and the Global Challenge of Biological Controls : Pengalaman Indonesia Kelola Keamanan Biologi
Pengalaman Indonesia mengelola keamanan biologi (biosecurity) telah dijadikan salah satu rujukan komunitas pakar internasional. Pakar biologi molekuler Indonesia dari Lembaga Eikjman, Dr. Herawati Sudoyo, jadi panelis dalam lokakarya internasional bertajuk “The Global Challenge of Biological Controls” di Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, baru baru ini. Sekretaris Pertama PTRI Jenewa. Yasmi Adriansyah, kepada koresponden Antara London, Selasa, mengatakan, bersama pakar dari sejumlah negara seperti AS, Inggris, Jerman dan Argentina, Herawati menyampaikan presentasi berjudul “Indonesia and the Global Challenge of Biological Controls”. Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO, dan Organisasi Lainnya di Jenewa, Dubes Dian Triansyah Djani, memberikan apresiasi yang tinggi atas kontribusi Dr. Herawati dalam lokakarya internasional.
Ia mengatakan hal itu merupakan pengakuan komunitas internasional terhadap keahlian pakar Indonesia di bidang keamanan biologi, sekaligus menjadi sarana diseminasi mengenai upaya dan capaian Indonesia di bidang tersebut. Ia juga mengharapkan agar kiprah Dr. Herawati di Kantor PBB Jenewa ini dapat menjadi stimulus bagi pakar Indonesia lainnya untuk terus berkiprah di fora internasional.
Dalam presentasinya, Dr. Herawati menyampaikan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan keamanan biologi yang kompleks. Salah satu tantangan terbesar adalah pengelolaan penyakit tropis, khususnya yang dipengaruhi oleh latar belakang genetik berasal dari migrasi penduduk di kawasan.
Herawati menambahkan, pengelolaan penyakit tropis di Indonesia tidaklah sederhana sehingga memerlukan pengawasan dan kajian fundamental yang kuat. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai peran yang sangat besar, khususnya dalam kesiapan menghadapi pandemi. Indonesia terus mengembangkan sektor bioscience di tengah-tengah tantangan penyebaran berbagai penyakit menular, ujarnya.
Dengan meningkatnya jumlah kasus flu burung dan pendirian sejumlah laboratorium keselamatan biologi di Indonesia, semakin tinggi pula kesadaran publik dan komunitas ilmiah atas rIsiko biologis pathogen. Menurut Dr. Herawati, upaya mengelola keamanan biologi di Indonesia dilakukan melalui berbagai cara.
Selain dengan memberikan regulasi atas berbagai isu terkait, Indonesia melalui Asosiasi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) tengah mengembangkan Code of Conduct (kode etik) nasional mengenai keamanan biologi, yang meliputi sejumlah program, seperti peningkatan pemahaman, penelitian, pengawasan, dan kebijakan terkait lainnya. Lokakarya ini diselenggarakan United Nations Institute for Disarmament Research (UNIDIR) dan Universitas Bath, Inggris secara umum menyepakati terdapat perbedaan antarnegara dalam pengelolaan keamanan biologi sehingga tidak bisa ada pendekatan seragam.
Faktor budaya dan kesiapan setiap negara perlu dipertimbangkan. Lokakarya sepakat untuk melakukan sejumlah rangkaian pertemuan lanjutan di mana Indonesia kemungkinan akan menjadi salah satu tuan rumah.
No comments:
Post a Comment