Tuesday, January 19, 2010

How to quest Scholarship?

Lakukan “Segala Cara” untuk Dapat Beasiswa

Ketika saya menulis “segala cara”, benar-benar saya maksudkan semua cara yang mungkin kamu lakukan untuk mendapatkan beasiswa. Yang halal tentunya. Saya tertarik menulis tentang hal ini karena pengalaman beberapa orang dan saya sendiri ketika sedang berjuang untuk mengejar beasiswa. Beasiswanya sebenarnya tidak lari kemana mana, hanya memang rada susah ngedapetinnya. Jadi dikejarlah dengan cara-cara yang tidak biasa.

Segala Cara #1: Pindah Kerja ke LSM

Ekstrim juga memang. Tapi kisah member milis beasiswa ini cukup menarik buat disimak. Nita, sebut saja begitu namanya, sudah keempat kalinya mencoba mendapatkan beasiswa. Rasanya tidak ada yang kurang. Esai sudah dikerjakan dengan baik. IPK lumayan OK. Karirnya pun nggak jelek sebagai akuntan di sebuah multinational company yang cukup terkenal. Ini semuakan something yang bisa menolong memuluskan aplikasi beasiswa? Kok nggak dapat-dapat ya?

Tanya sana tanya sini, akhirnya Nita sampai pada satu kesimpulan: tempat kerjanyalah yang menjadi masalah. Dari hitung-hitungan Nita, dia melihat bahwa peluang menjadi beasiswa-wati bisa lebih besar kalau Nita bekerja di LSM. (Saya sih nggak setuju).

Jadi pindahlah Nita meninggalkan pekerjaan bagusnya di MNC untuk bekerja di LSM. Dia tetap bekerja sebagai akuntan. Tapi intinya, Nita bekerja di LSM buat mendapatkan beasiswa yang dia inginkan.

Dan jadilah. Nita mendapatkan beasiswa tersebut tahun ini. Sukses buat “Nita” dan thanks buat sharing-nya lewat yahoo messenger ke saya. (Kalau pengen kenalan dan memberi sumbangan, nick YM saya: togap_siagian).

Segala Cara #2: Pindah ke Daerah yang Terkena Bencana

Seorang teman yang saya kenal sewaktu bekerja di perusahaan tambang “kecil” yang terkenal di dunia pindah kerja ke Aceh untuk mendapatkan beasiswa. Terus terang saya kurang tahu hasilnya karena setelah kepindahannya kami tidak pernah berhubungan lagi.

Catatan: Saya rasa peluang mendapatkan beasiswa menjadi lebih besar kalau Anda menjadi relawan di daerah itu. Tapi jangan salahkan saya kalau Anda tetap tidak dapat beasiswa setelah pindah ke daerah bencana. Mungkin Anda perlu membaca buku tulisan saya dan Ibu Pangesti Wiedarti berjudul “Kiat Memenangkan Beasiswa“. (Benar, ini memang promosi :) .. )

For you my friend, all the best!

Segala Cara #3: Tinggal di Indonesia Timur

Kalau ini adalah pengalaman saya pribadi. Saat mendapatkan beasiswa Fulbright di tahun 2000, status saya adalah karyawan di salah satu perusahaan di Indonesia Timur. Tentu saja saya memanfaatkan kondisi saya sebagai “tinggal di Indonesia Timur”. Secara de facto dan de jure, memang begitulah kondisi saya saat itu. De facto saya hanya tinggal di pulau Jawa selama sekitar 40 hari dari 365 hari dalam setahun. Secara de jure, KTP dan alamat yang saya gunakan adalah dari Indonesia bagian timur. Walau ada resiko terlambat, saya bahkan menggunakan alamat di Indonesia Timur untuk keperluan surat menyurat. Persaingan yang saya hadapi pun jadinya adalah di kategori Indonesia Timur. Salah atau tidak? I don’t know. Yang pasti, ada beberapa orang yang saya kenal sukses menggaet beasiswa dengan cara ini.

Buat Anda yang saat ini tinggal di Indonesia bagian timur, pergunakanlah kondisi ini dengan semaksimal mungkin. Tinggal di Indonesia bagian timur memang punya tantangan tersendiri. Tapi akan terasa indahnya saat beasiswa Anda raih.

Segala Cara #4: Berinovasi Saat Wawancara

Seorang teman yang sudah lulus S2 di Indonesia ingin mendapatkan beasiswa ADS. Tentu saja, beasiswa yang diincarnya adalah beasiswa untuk kuliah S2 lagi. Anda tidak salah baca: beasiswa S2 lagi. (Banyak yang bilang ini tidak mungkin, tapi kenyataannya terjadi. That’s why saya suka bilang: coba aja, siapa tahu berhasil).

Nah, yang menarik adalah saat teman saya ini, sebut saja Andi, diwawancara. Terus terang saja, saat wawancara biasanya saya tidak membawa bahan apa-apa. Saya muncul dengan diri saya sendiri tanpa “merasa” perlu membawa sesuatu yang bisa menguatkan argumentasi saya. Tapi Andi berbeda. Dia kreatif sekali.

Saat Andi ditanya alasannya memilih jurusan yang akan dijalaninya, untuk menguatkan maksudnya, dia menunjukkan foto yang sudah disiapkannya. Tentu saja, pertanyaan seperti itu sudah diantisipasi. Tapi biasanya, orang hanya menjawab tanpa menggunakan alat lain. Sedangkan teman saya ini telah menyiapkan foto tersebut buat jadi alat untuk membantunya. Fotonya sederhana saja. Cuma menunjukkan dia dan beberapa orang lain berpose bersama seorang menteri dalam seminar yang berhubungan dengan jurusan yang diincarnya.

Teman saya berhasil. Saya yakin itu bukan karena foto yang ditunjukkannya. Tapi tentu saja foto tersebut dan kesiapannya memberikan kesan yang baik bagi para pewawancara.

Saya jadi ingat ketika suatu waktu saya mewawancarai seorang kandidat untuk satu posisi di kantor saya. Kandidat ini datang membawa sebuah map plastik yang berisi berbagai dokumen. Pertanyaan-pertanyaan saya kelihatannya sudah diantisipasi dengan baik dan dia mendukung jawaban-jawabannya dengan berbagai dokumen yang disiapkannya. Wah, kagum juga saya dengan usaha dan persiapannya. Needless to say, that guy got the job.

Apakah bisa Anda aplikasikan? Seperti iklan di tivi: maybe yes, maybe no.

Segala Cara #5: Berbuat Baik pada Semua Orang

Di sini saya kutip satu cerita yang cukup berharga tentang bagaimana seseorang memperbesar kemungkinan dirinya mendapatkan beasiswa tanpa disengaja. Cerita ini berhubungan dengan beasiswa, jadi saya rasa cukup relevan buat saya tampilkan di sini. Sengaja saya kopi dalam bahasa aslinya.

The sweet lesson learned by a former student of mine, Canadian Rhodes Scholar Charles Galunic, is a case in point. Charlie is now a management professor at INSEAD business school in France and is one of the most thoughtful people I’ve ever met. Charlie told me a lovely story about something that happened at a cold and crowded train station in Kingston, Ontario, when he was traveling to Toronto for his Rhodes Scholarship interviews. He was sitting and waiting for the train when he noticed an older couple who were standing and waiting. Charlie being Charlie, he immediately offered the two his seat, which they were happy to take. The next day, Charlie met the couple at a reception in Toronto for the scholarship finalists, and it turned out that the husband was a member of the selection committee. Charlie isn’t sure if this small decency helped him win the prestigious scholarship- but I like to think that it did.

Dikutip dari link ini.

Buat saya, mendapatkan beasiswa adalah suatu perjuangan. Artinya ada pengorbanan yang harus dilakukan. Pengorbanan dalam hal waktu, uang, tenaga, harga diri, dan lain-lain. Tapi semuanya akan terasa indah buat dikenang saat apa yang kita perjuangkan berhasil. Keep the spirit alive!

No comments: