Meteor Menghajar Kota Jakarta di Siang Bolong |
Bunyi desingan itu terdengar keras. Lalu menggelegar. Kamis petang kemarin itu, Ibu Uci dan suaminya sedang melayani pelanggan di salon. Mendengar ledakan itu mereka lari terbirit-birit. Warga di Jalan Delima VI, Malakasari, Jakarta Timur itu juga berhamburan keluar rumah. Mereka berlari menyelamatkan diri. Empat rumah rusak parah. Tidak ada korban jiwa. Luka ringan banyak. Orang-orang di sana mengira, ledakan itu adalah bom. Ada pula yang menyebutkan ledakan bersumber dari tabung gas. KJapolres Jakarta Selatan di tempat kejadian menyatakan penyebab ledakan yang pasti bukan bom atau bukan juga kompor gas. tetapi di duga benda angkasa yang jatuh atau sejenis meteor.
Meteor adalah penampakan jalur jatuhnya meteoroid ke atmosfer bumi, lazim disebut sebagai bintang jatuh. Penampakan tersebut disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh tekanan ram (bukan oleh gesekan, sebagaimana anggapan umum sebelum ini) pada saat meteoroid memasuki atmosfer. Meteor yang sangat terang, lebih terang daripada penampakan Planet Venus, dapat disebut sebagai bolide. Jika suatu meteoroid tidak habis terbakar dalam perjalanannya di atmosfer dan mencapai permukaan bumi, benda yang dihasilkan disebut meteorit. Meteor yang menabrak bumi atau objek lain dapat membentuk impact crater.
Adapula yang menduga ledakan kemarin petang itu adalah hasil kerja tukang santet. Sudarmojo, seorang warga yang rumahnya rusak parah, semula yakin betul bahwa ini kerjaan dukun santet. “Saya kan orang Jawa, masih agak percaya sama santet,” katanya. Markas Besar (Mabes) Polri mengirim tim ahli dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) ke Malakasari. Ini tim khusus. Mereka kerap diterjunkan jika ledakan bom terjadi. Beberapa jam di sana, tim ini tidak menemukan tabung gas yang meledak, tidak menemukan residu bom.
Kepala Departemen Balistik Metalurgi, Mabes Polri, Komisaris Besar, Amri Kamil, setelah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di rumah Sudarmojo memastikan tidak ditemukan bahan peledak di situ. Dia melanjutkan, “Fisik ledakan juga tidak ada.Tidak ada kawahnya.” Tiga jam meneliti lokasi itu, Amri meralat berita yang sudah beredar bahwa telah terjadi ledakan di Duren Sawit. Sebenarnya, kata Amri, yang terjadi bukan ledakan, tapi, “Hantaman dari benda-benda yang berat, yang jatuh ke bumi dengan kecepatan tinggi.” Dari lokasi di Malakasari itu, polisi mengambil debu, ada pula yang berbentuk pasir.
Dugaan adanya benda jatuh dari langit—yang kemudian diduga sebagai meteor itu—juga berdasarkan bentuk kerusakan. Atap rumah Sudarmojo bolong besar, tapi tak ada sisa ledakan di lantai. Sejumlah warga di sana berkisah bahwa mereka sempat melihat benda dari langit menghantam rumah Sudarmojo. Pipit, seorang warga yang berusia 32 tahun menuturkan, “Saat itu sekitar jam empat sore. Langit mendung. Saya melihat semacam kilat, cahayanya terang banget di langit. Dengan kecepatan tinggi, dalam hitungan detik, cahaya itu turun dan menyambar rumah Pak Sudarmojo.”
Betulkah yang jatuh itu adalah meteor? Sedang diteliti memang. Dan satu dua hari ini hasilnya bisa diketahui. Profesor Thomas Djamaluddin, ahli Astronomi dari dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menuturkan bahwa yang perlu dilakukan adalah meneliti debu atau sisa bongkahan dari lokasi ledakan. Betulkah meteor bisa jadi debu jika menghantam bumi? “Itu bisa saja terjadi kalau itu jenis meteor rapuh,” kata sang profesor. Polisi memang sudah mengangkut debu-debu di lokasi ledakan. Namun Profesor Djamaludin menegaskan bahwa debu-debu itu bisa saja berasal dari pecahan meteor rapuh itu. “Tapi memang tetap harus ada sisa-sisa bongkahan,” katanya. Karena dugaan soal meteor jatuh itu, sejumlah ahli dari Lapan meluncur ke lokasi siang ini. Profesor Djamaluddin, yang sedang meluncur ke Bogor, Jawa Barat, harus berbalik arah dan meluncur ke Duren Sawit di Jakarta Timur itu.
Kisah benda angkasa luar terjun ke bumi ini memang sudah sering terdengar belakangan ini. Tanggal 8 Oktober 2009 lalu, warga Bone di Sulawesi Selatan, dikejutkan oleh bola api yang melesak di angkasa, lalu meledak. Bunyi ledakan terdengar 6 kali. Sesudah itu, daratan seperti diamuk lindu. Warga Desa Latteko, Kabupaten Bone, panik bukan kepalang. Anak-anak sekolah berhamburan keluar kelas. Warga desa cemas. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Makassar, mendeteksi adanya getaran pada titik koordinat 4,68 Lintas Selatan dan 120, 09 Bujur Timur . Getaran itu terjadi di kedalaman sekitar satu kilometer dari atas permukaan tanah. Magnitude getaran sekitar 1,9 SR (SkalaRichter).
Meteor atau bukan, memang belum ada jawaban pasti. Selain dugaan soal meteor itu, sejumlah kalangan mengira benda yang jatuh di Bone itu adalah sampah dari antariksa.
Sebuah pancaran bola api yang diduga meteor juga jatuh di Wisconsin, Amerika Serikat, 16 April 2010. Bola api itu jatuh tidak begitu jauh dari Universitas Wisconsin. Departemen Atmosfir dan Kelautan universitas itu sempat merekam jatuhnya bola api itu. Gambar video itu beredar ke seluruh dunia.
Banyak kejadian seperti ini di sejumlah tempat di muka bumi ini. Tapi para ahli dunia belum memastikan, apa persisnya benda-benda yang tiba2 menghujam bumi itu. Warga di Duren Sawit Jakarta Timur itu, kini terus merubung lokasi Malakasari. Mereka juga menunggu jawaban, apakah yang menyebabkan rumah Sudarmojo nyaris remuk itu benar-benar ulah meteor, sampah antariksa atau ulah tukang santet yang jumlahnya segudang dinegeri ini.
Sebelumnya Juga Pernah Jatuh di Jakarta
Peristiwa jatuhnya meteor seperti yang terjadi di Duren Sawit Jakarta Timur, Kamis (29/4) sore kemarin sebenarnya bukanlah hal baru. Peristiwa jatuhnya benda luar angkasa di sekitar Jabodetabek ini pernah terjadi pada tahun 1915. Sedangkan di tanah air peristiwa jatuhnya meteor ini sudah terjadi sejak Indonesia belum berdiri. Pada tahun 1925 tepatnya tanggal 2 Juni meteorit seberat 24.75 kg jatuh di sekitar Klender. Tidak diketahui korban dan kerusakan akibat jatuhnya benda angkasa yang diberi nama Meester-Cornelis.
Pada tanggal 19 Desember 2004 warga Desa Jinjing, Kecamatan Tigaraksa, Tangerang dikagetkan suara ledakan keras di langit. Suara itu terdengar juga di Jakarta dan Bekasi. Oleh para ahli, pada waktu itu ledakan yang terjadi pukul 7.30 merupakan pecahan meteor yang kebetulan berpapasan dengan bumi. Jatuhnya meteor yang terdengar di beberapa tempat di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada Minggu pagi kemarin tidak mengakibatkan korban jiwa atau kerugian materi. “Saya dapat informasi dari petugas BMG di Bandung bahwa bunyi ledakan itu berasal dari meteor yang masuk atmosfer, jadi bukan ledakan bom,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Tjiptono, di Jakarta.
Dia mengatakan, hingga saat ini Polda Metro Jaya belum menerima informasi dari anggota dan masyarakat tentang korban akibat jatuhnya meteor tersebut.Polda sudah memerintahkan setiap polsek dan polres dalam jajarannya untuk mengumpulkan informasi tentang ekses jatuhnya meteor.”Kalau ada korban dan kerugian materi, masyarakat segera memberi tahu polisi,” kata Tjiptono.
Dia meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi yang belum tentu benar serta mempercayakan penanganan masalah tersebut pada polisi.”Masyarakat jangan panik. Tetap beraktivitas karena memang tidak ada apa-apa. Itu dari meteor.”
Suara ledakan keras bergema dan terdengar pada Minggu pagi menimbulkan tanda tanya masyarakat. Salah satu stasiun radio menerima banyak telepon dari warga yang melapor mendengar suara keras dan sebagian mengaku sempat melihat kilatan cahaya di langit
Meteor Yang Jatuh di Indonesia:
- 1797, ditemukan di Prambanan, Jawa Tengah
- 1811, ditemukan di Surakarta, Jawa Tengah seberat 10 ton.
- 10 Juli 1822, ditemukan di Cirebon Jawa Barat, seberat 16.5 kg
- 10 Desember 1871, ditemukan di Bandung seberat 11.5 kg
- 19 September 1869, ditemukan di desa Cabe Rembang Jawa Timur seberat 20 kg
- 1883, ditemukan di desa Kedung Putri, Ngawi, Jawa Timur seberat 1,3 kg
- 19 Maret 1884, ditemukan di Djati Pengilon, Jawa Timur seberat 166 kg
- 27 November 1908, ditemukan di Pulau Kangean, Sumenep Jawa Timur, seberat 1.63 kg
- 2 Juni 1915, meteorit dengan nama Meester-Cornelis ditemukan di Klenderm Jakarta seberat 24.75 kg
- 30 Agustus 1919, ditemukan di Rembang Jawa Tengah, seberat 10 kg
- 24 Mei 1933, ditemukan di Banten seberat 629 gram
- 20 Juni 1935, ditemukan di Madiun, Jawa Timur, seberat 400 gram
- 26 September 1939, ditemukan di Selakopi, Jawa Barat, seberat 1,6 kg
- 1940, ditemukan di daerah kediri, Jawa Timur
- 14 Februari 1975, ditemukan di Tambakwatu, Jawa Timur seberat 10,5 kg
- 7 Mei 1979, ditemukan di Cilimus, Jawa Barat, seberat 1,6 kg
- 13 Maret 1984, ditemukan di Jumapalo, Jawa Timur, seberat 32.49 kg
- April 2003, ditemukan jatuh di Purun, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
- 1 Januari 2008, ditemukan di Gianyar, Bali.
- 8 Oktober 2009, 15 sampai 20 kilometer di atas bumi dan jatuh di perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan,
diameternya 10 meter. Menurut NASA kekuatan ledakan meteor Bone tiga kali bom atom Hiroshima
No comments:
Post a Comment