Dalam banyak ayat Al-Quran, kita telah diperintahkan untuk senantiasa merenungi alam semesta dan apa yang terjadi di dalamnya. Manusia akan semakin percaya terhadap sesuatu yang akan terjadi jika tanda-tandanya telah semakin banyak yang terlihat. Sama halnya dengan peristiwa kehancuran dunia yang pasti akan terjadi, kiamat. Sebagai seorang muslim, kita harus mengimani peristiwa yang termasuk salah satu poin dalam rukun iman sebagai seorang muslim. Begitu banyak tanda-tanda akhir zaman yang sekarang telah nampak. Melalui uraian dua buah hadits yang saya sampaikan di bawah, akan saya coba untuk menjelaskan bukti kebenaran atas berita yang telah Rasulullah kabarkan jauh ratusan tahun yang lalu. Kedua hadits tersebut berhubungan dengan beragam peristiwa yang belakangan ini telah semakin sering kita alami khususnya di Indonesia. Kedua hadits tersebut adalah sebagai berikut:
Dari Sahl bin Sa'd bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Akan terjadi di akhir zaman penenggelaman bumi, hujan batu, dan pengubahan rupa, apabila musik dan biduanita telah merajalela dan khamr telah dianggap halal". (HR. Tirmidzi no. 2212, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 4060, hadits ini shahih)
Dalam hadits lain juga dikabarkan, "Kiamat tidak terjadi sehingga ilmu dihilangkan dan banyak terjadi gempa". (HR. Bukhari no. 1036 dari kitab Al-Jum'ah).
Dari gambaran yang telah disabdakan oleh Rasul pada kedua hadits di atas telah sama-sama kita ketahui bahwa Bumi saat ini telah semakin dekat pada kehancurannya. Pada hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah di atas, disebutkan tiga tanda-tanda akhir zaman yang berkaitan secara kajian geologis.
Pertama adalah peristiwa penenggelaman bumi. Kata "penenggelaman bumi" yang digambarkan Rasulullah berkorelasi dengan peristiwa semakin bertambahnya volume air laut yang disebabkan semakin melelehnya es di Kutub Utara. Peristiwa ini dipicu oleh semakin tingginya suhu di atas permukaan bumi yang sering diistilahkan dengan efek pemanasan global. Sisa-sisa pembakaran bahan bakar karbon dan beberapa zat additif yang dapat merusak lapisan ozon dipercaya menjadi penyebab peristiwa pemanasan global. Secara sederhana, pemanasan global dapat disebabkan oleh berbagai zat emisi karbon yang terjebak di lapisan ozon dapat menghalangi pantulan cahaya matahari yang masuk ke bumi secara radiasi. Akibatnya, sinar-sinar yang telah masuk ke atmosfer bumi, selanjutnya terus merambat hingga ke permukaan bumi. Ketika tiba di permukaan bumi, sebagian berkas sinar-sinar tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer. Dikarenakan lapisan atmosfer yang sudah dipenuhi dengan berbagai zat karbon yang akhirnya saling berikatan dengan lapisan atmosfer tadi, selanjutnya membuat sinar-sinar tadi tidak dapat kembali menembus atmosfer untuk diteruskan ke angkasa. Sehingga berkas-berkas cahaya tadi tetap terjebak di atmosfer dan semakin membuat atmosfer bumi terus meningkat suhunya. Peningkatan suhu atmosfer bumi tentu akan berefek pada mencairnya gunung-gunung es di bagian kutub-kutub bumi. Akibatnya permukaan air laut terus meningkat tiap tahunnya. Indonesia saja, akibat proses pemanasan global ini, sampai saat ini kabarnya telah kehilangan 24 pulau karena tenggelam oleh permukaan air laut yang terus meningkat.
Kedua adalah "hujan batu". Sungguh tepat kata yang digambarkan Rasulullah dengan pengistilahan "hujan batu" tersebut. Mengingat pada masa beliau hidup tentulah belum dikenal istilah-istilah ilmiah seperti yang kita kenal sekarang. Namun, penggambaran yang Rasulullah sebutkan dapat kita korelasikan dengan peristiwa hujan meteorit. Meteor merupakan bongkahan batu besar yang menjadi bagian dari formasi dalam sistem tata surya. Sama halnya seperti planet-planet dan bintang-bintang, asteroid dan meteor pun memiliki orbitnya masing-masing di angkasa. Ketika dalam lintasannya mereka berpapasan dengan bumi, maka mereka akan menabrak bumi. Ketika peristiwa itu terjadi, pertama kali meteor akan menghantam lapisan-lapisan atmosfer bumi. Semakin meteor menghantam lapisan-lapisan atmosfer bumi, lama-kelamaan ukurannya akan semakin mengecil seiring dengan semakin banyaknya lapisan atmosfer yang dihantam. Sebagaimana kita tau bahwa bumi kita memiliki 7 lapisan utama yang fungsi utamanya adalah sebagai perisai bumi dari hantaman benda-benda langit yang bertubrukan dengan bumi. Sehingga kalaupun meteor tersebut dapat terus bertahan ketika menghantam lapisan atmosfer, maka biasanya kalaupun sampai ke permukaan bumi, ukurannya sudah menjadi serpihan-serpihan kecil saja. Serpihan kecil itulah yang kemudian disebut meteorit, atau yang digambarkan oleh Rasulullah dengan kata "hujan batu".
Ketiga adalah "pengubahan rupa". Kata "pengubahan rupa" yang digambarkan Rasulullah di sini maksudnya adalah pengubahan bentuk muka bumi. Hal ini sangat berhubungan dengan ayat dalam Al-Qur'an yang menyebutkan: "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan." (QS. 27: 88).
Jika kita perhatikan bentuk muka bumi sekarang, tentulah seolah tidak pernah terjadi perubahan. Namun jika kita bandingkan bentuk muka bumi yang sekarang kita tinggali dengan bentuk muka bumi ratusan juta tahun yang lalu, ternyata hasilnya sangat bersesuaian dengan hadits di atas. Bumi kita telah mengalami perubahan rupa dari masa ke masa. Perubahan ini dapat disebabkan karena gerakan kerak-kerak bumi di mana mereka terletak. Kerak bumi letaknya mengapung di atas lapisan mantel yang lebih padat. Dalam buku General Science disebutkan bahwa benua-benua di bumi sebelumnya menyatu ketika pertama kali terbentuk, tapi kemudian terpisah menuju ke berbagai arah, sehingga terpisah ketika menjauh satu sama lain. Menurut Adolf Wegener, ilmuwan asal Jerman yang pertama kali mengemukakan penemuan tersebut, massa tanah bumi bersatu sekitar 500 juta tahun yang lalu dan massa besar ini disebut Pangaea yang terletak di Kutub Selatan.
Kira-kira 180 juta tahun yang lalu, Pangaea terbagi menjadi dua bagian. Pertama disebut dengan Gondwana, yang mencakup Asia, Australia, Antartika, dan India. Yang kedua disebut dengan Laurasia, yang mencakup Eropa, Amerika Utara, dan Asia kecuali India. Selama 150 juta tahun, dua wilayah besar ini terus membagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Benua-benua yang kemudian terbentuk setelah pergeseran dua wilayah besar ini bahkan terus-menerus bergerak pada permukaan bumi beberapa centi meter per tahun, dan merubah rasio laut dan daratan bumi.
Pergerakan lempeng atau kerak bumi ini lah yang kemudian dapat menyebabkan gempa, sebagaimana juga yang disebutkan dalam hadits kedua yang diriwayatkan oleh Bukhari. Jadi, kedua hal itu adalah peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain. Kerak dan bagian paling atas dari mantel, dengan ketebalan sekitar 100 KM, terbagi menjadi beberapa segmen yang disebut dengan Lempeng. Di Bumi ini terdapat 6 lempeng utama, dan beberapa lempeng kecil. Lempeng-lempeng tektonik ini terus bergerak di muka bumi yang membawa Benua dan dasar laut dengan gerakan tersebut. Benua-benua ini terus bergerak dengan kecepatan 1-5 cm per tahun. Ketika lempeng ini bergerak, maka akan menyebabkan getaran di bagian atas permukaan bumi, getaran itu lah yang kemudian dikenal dengan gempa. Penjelasan mengenai gempa dan tanda-tanda zaman akhir ini insya Allah akan saya bahas dalam artikel tersendiri, mengingat cukup banyaknya bahasan yang akan dijelaskan.
Uraian yang telah saya jelaskan di atas semoga dapat mempertebal keimanan kita akan kepastian datangnya hari kiamat. Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian. Sebab sesungguhnya hari ini adalah saat beramal, bukan berhitung. Sedangkan esok adalah saat berhitung, bukan beramal.
Dari Sahl bin Sa'd bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Akan terjadi di akhir zaman penenggelaman bumi, hujan batu, dan pengubahan rupa, apabila musik dan biduanita telah merajalela dan khamr telah dianggap halal". (HR. Tirmidzi no. 2212, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 4060, hadits ini shahih)
Dalam hadits lain juga dikabarkan, "Kiamat tidak terjadi sehingga ilmu dihilangkan dan banyak terjadi gempa". (HR. Bukhari no. 1036 dari kitab Al-Jum'ah).
Dari gambaran yang telah disabdakan oleh Rasul pada kedua hadits di atas telah sama-sama kita ketahui bahwa Bumi saat ini telah semakin dekat pada kehancurannya. Pada hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah di atas, disebutkan tiga tanda-tanda akhir zaman yang berkaitan secara kajian geologis.
Pertama adalah peristiwa penenggelaman bumi. Kata "penenggelaman bumi" yang digambarkan Rasulullah berkorelasi dengan peristiwa semakin bertambahnya volume air laut yang disebabkan semakin melelehnya es di Kutub Utara. Peristiwa ini dipicu oleh semakin tingginya suhu di atas permukaan bumi yang sering diistilahkan dengan efek pemanasan global. Sisa-sisa pembakaran bahan bakar karbon dan beberapa zat additif yang dapat merusak lapisan ozon dipercaya menjadi penyebab peristiwa pemanasan global. Secara sederhana, pemanasan global dapat disebabkan oleh berbagai zat emisi karbon yang terjebak di lapisan ozon dapat menghalangi pantulan cahaya matahari yang masuk ke bumi secara radiasi. Akibatnya, sinar-sinar yang telah masuk ke atmosfer bumi, selanjutnya terus merambat hingga ke permukaan bumi. Ketika tiba di permukaan bumi, sebagian berkas sinar-sinar tersebut dipantulkan kembali ke atmosfer. Dikarenakan lapisan atmosfer yang sudah dipenuhi dengan berbagai zat karbon yang akhirnya saling berikatan dengan lapisan atmosfer tadi, selanjutnya membuat sinar-sinar tadi tidak dapat kembali menembus atmosfer untuk diteruskan ke angkasa. Sehingga berkas-berkas cahaya tadi tetap terjebak di atmosfer dan semakin membuat atmosfer bumi terus meningkat suhunya. Peningkatan suhu atmosfer bumi tentu akan berefek pada mencairnya gunung-gunung es di bagian kutub-kutub bumi. Akibatnya permukaan air laut terus meningkat tiap tahunnya. Indonesia saja, akibat proses pemanasan global ini, sampai saat ini kabarnya telah kehilangan 24 pulau karena tenggelam oleh permukaan air laut yang terus meningkat.
Kedua adalah "hujan batu". Sungguh tepat kata yang digambarkan Rasulullah dengan pengistilahan "hujan batu" tersebut. Mengingat pada masa beliau hidup tentulah belum dikenal istilah-istilah ilmiah seperti yang kita kenal sekarang. Namun, penggambaran yang Rasulullah sebutkan dapat kita korelasikan dengan peristiwa hujan meteorit. Meteor merupakan bongkahan batu besar yang menjadi bagian dari formasi dalam sistem tata surya. Sama halnya seperti planet-planet dan bintang-bintang, asteroid dan meteor pun memiliki orbitnya masing-masing di angkasa. Ketika dalam lintasannya mereka berpapasan dengan bumi, maka mereka akan menabrak bumi. Ketika peristiwa itu terjadi, pertama kali meteor akan menghantam lapisan-lapisan atmosfer bumi. Semakin meteor menghantam lapisan-lapisan atmosfer bumi, lama-kelamaan ukurannya akan semakin mengecil seiring dengan semakin banyaknya lapisan atmosfer yang dihantam. Sebagaimana kita tau bahwa bumi kita memiliki 7 lapisan utama yang fungsi utamanya adalah sebagai perisai bumi dari hantaman benda-benda langit yang bertubrukan dengan bumi. Sehingga kalaupun meteor tersebut dapat terus bertahan ketika menghantam lapisan atmosfer, maka biasanya kalaupun sampai ke permukaan bumi, ukurannya sudah menjadi serpihan-serpihan kecil saja. Serpihan kecil itulah yang kemudian disebut meteorit, atau yang digambarkan oleh Rasulullah dengan kata "hujan batu".
Ketiga adalah "pengubahan rupa". Kata "pengubahan rupa" yang digambarkan Rasulullah di sini maksudnya adalah pengubahan bentuk muka bumi. Hal ini sangat berhubungan dengan ayat dalam Al-Qur'an yang menyebutkan: "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan." (QS. 27: 88).
Jika kita perhatikan bentuk muka bumi sekarang, tentulah seolah tidak pernah terjadi perubahan. Namun jika kita bandingkan bentuk muka bumi yang sekarang kita tinggali dengan bentuk muka bumi ratusan juta tahun yang lalu, ternyata hasilnya sangat bersesuaian dengan hadits di atas. Bumi kita telah mengalami perubahan rupa dari masa ke masa. Perubahan ini dapat disebabkan karena gerakan kerak-kerak bumi di mana mereka terletak. Kerak bumi letaknya mengapung di atas lapisan mantel yang lebih padat. Dalam buku General Science disebutkan bahwa benua-benua di bumi sebelumnya menyatu ketika pertama kali terbentuk, tapi kemudian terpisah menuju ke berbagai arah, sehingga terpisah ketika menjauh satu sama lain. Menurut Adolf Wegener, ilmuwan asal Jerman yang pertama kali mengemukakan penemuan tersebut, massa tanah bumi bersatu sekitar 500 juta tahun yang lalu dan massa besar ini disebut Pangaea yang terletak di Kutub Selatan.
Kira-kira 180 juta tahun yang lalu, Pangaea terbagi menjadi dua bagian. Pertama disebut dengan Gondwana, yang mencakup Asia, Australia, Antartika, dan India. Yang kedua disebut dengan Laurasia, yang mencakup Eropa, Amerika Utara, dan Asia kecuali India. Selama 150 juta tahun, dua wilayah besar ini terus membagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Benua-benua yang kemudian terbentuk setelah pergeseran dua wilayah besar ini bahkan terus-menerus bergerak pada permukaan bumi beberapa centi meter per tahun, dan merubah rasio laut dan daratan bumi.
Pergerakan lempeng atau kerak bumi ini lah yang kemudian dapat menyebabkan gempa, sebagaimana juga yang disebutkan dalam hadits kedua yang diriwayatkan oleh Bukhari. Jadi, kedua hal itu adalah peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain. Kerak dan bagian paling atas dari mantel, dengan ketebalan sekitar 100 KM, terbagi menjadi beberapa segmen yang disebut dengan Lempeng. Di Bumi ini terdapat 6 lempeng utama, dan beberapa lempeng kecil. Lempeng-lempeng tektonik ini terus bergerak di muka bumi yang membawa Benua dan dasar laut dengan gerakan tersebut. Benua-benua ini terus bergerak dengan kecepatan 1-5 cm per tahun. Ketika lempeng ini bergerak, maka akan menyebabkan getaran di bagian atas permukaan bumi, getaran itu lah yang kemudian dikenal dengan gempa. Penjelasan mengenai gempa dan tanda-tanda zaman akhir ini insya Allah akan saya bahas dalam artikel tersendiri, mengingat cukup banyaknya bahasan yang akan dijelaskan.
Uraian yang telah saya jelaskan di atas semoga dapat mempertebal keimanan kita akan kepastian datangnya hari kiamat. Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian. Sebab sesungguhnya hari ini adalah saat beramal, bukan berhitung. Sedangkan esok adalah saat berhitung, bukan beramal.
No comments:
Post a Comment